Banyuwangi,locusjatim.com – Di tengah dominasi tenaga kerja non-disabilitas di sektor konstruksi, Banyuwangi tampil beda. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut, melangkah progresif dengan membuka akses dunia pertukangan bagi penyandang disabilitas. Sebuah langkah konkret menuju inklusi sosial yang sesungguhnya.
Selama empat hari, dari 21 hingga 24 April 2025, sebanyak 20 penyandang disabilitas daksa dan rungu mengikuti pelatihan pertukangan di SMKN Glagah. Tak hanya belajar teori, mereka juga menjalani praktik langsung dan ditutup dengan uji sertifikasi kompetensi yang diakui secara nasional.
“Kami berharap program ini bukan sekadar perkara pelatihannya, namun menjadi tonggak bagi kita semua untuk berkomitmen terus membuka diri sebagai ruang yang setara bagi semua, tanpa terkecuali,” ujar Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Kamis (8/5/2025).
Pelatihan ini merupakan bagian dari Program Gender Equality and Social Inclusion in Infrastructure (GESIT) yang didukung Kemitraan Indonesia Australia untuk Infrastruktur (KIAT), dan diinisiasi oleh Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Banyuwangi.
Menurut Ipuk, program ini bukan hanya tentang membekali keterampilan teknis, tetapi juga membangun paradigma baru: bahwa pekerjaan konstruksi tidak lagi menjadi ranah eksklusif. “Ini merupakan wujud nyata inklusifitas. Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pekerjaan,” ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi sendiri telah lama menanamkan nilai inklusi, bahkan sejak di level pendidikan. Melalui program “Agage Pintar (Ayo Cepat Pintar)”, semua jenjang pendidikan didorong untuk terbuka menerima penyandang disabilitas di lingkungannya.
“Kami juga mendorong dunia usaha menerima karyawan disabilitas. Bahkan, kami buka jalur khusus dalam formasi CPNS bagi mereka. Ini semata-mata demi memberikan hak kesetaraan,” tegas Ipuk.
Sementara Ketua pelaksana kegiatan dari PPDI Banyuwangi, Umar Asmoro, menambahkan bahwa pelatihan tak hanya fokus pada tukang bangunan, tetapi juga menyasar bidang perpipaan dan sanitasi.
“Materinya meliputi pemasangan bata, kusen, plester, acian, plumbing, hingga pengecatan. Semuanya disesuaikan dengan tingkat disabilitas masing-masing peserta,” jelas Umar.
Di akhir pelatihan, peserta menjalani uji kompetensi sebagai tolok ukur kemampuan praktik dan teori. Mereka akan memperoleh sertifikat resmi dari BNSP dengan jabatan kerja tetertentu
“Dengan sertifikat ini, daya saing dan kredibilitas mereka sebagai pekerja akan meningkat signifikan,” pungkas Umar.