Berita

Kemenag Sumenep Sebut Tata Kelola Keuangan yang Buruk Bisa Jadi Pemicu Perceraian

860
×

Kemenag Sumenep Sebut Tata Kelola Keuangan yang Buruk Bisa Jadi Pemicu Perceraian

Sebarkan artikel ini
Kemenag
Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumenep Abd. Wasid. Foto: Istimewa

Sumenep, locusjatim.com Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sumenep Abd. Wasid menyebut tata kelola keuangan dalam rumah tangga yang buruk, bisa menjadi salah satu pemicu terjadinya perceraian.

Abd. Wasid menilai sejumlah pasangan yang bercerai, kadang memiliki penghasilan yang cukup, tetapi tetap tidak bisa mempertahankan pernikahan, karena buruknya pengelolaan keuangan rumah tangga.

Oleh sebab itu, Pihkanya berupaya untuk memberikan literasi keuangan dan tata kelolanya saat bimbingan perkawinan, kepada para Calon Pengantin (Cantin).

“Ini dilakukan oleh para petugas KUA (Kantor Urusan Agama, Red) dan disampaikan kepada calon pengantin agar mereka memiliki yang lebih baik dalam mengatur keuangan,” ucapnya, Jum’at (21/02/2025).

Menurutnya, saat menikah pasangan tak hanya butuh bekal agama dan psikologi semata, tetapi ada hal-hal krusial lain yang juga perlu diperhatikan, sehingga pernikahan yang dijalankan bisa bertahan hingga maut memisahkan.

“Jadi kami sampaikan kepada para calon pengantin, bagaimana tata kelola keuangan, karena justru kadang perceraian yang terjadi bukan karena miskin, bukan orang tidak punya. Tapi, pada beberapa keluarga yang kurang baik dalam menata keuangannya,” jelasnya.

Ia menilai ada beberapa hal yang bisa diperhatikan dalam pengelolaan keuangan keluarga. Pertama, adanya keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Kedua, mengupayakan tabungan untuk kebutuhan-kebutuhan insidental yang tidak rutin. Ketiga, konsisten pada pemenuhan kebutuhan, bukan gaya hidup.

Lebih lanjut ia menambahkan, gaya hidup yang berlebihan tanpa mempertimbangkan finansial bisa membuat sebuah keluarga tak mengindahkan kebutuhan pokok rumah tangga. Hal itulah kata Abd. Wasid yang kadang menimbulkan ketegangan dan perselisihan antara suami istri hingga berujung pada perceraian.

Pihaknya berharap, melalui bimbingan perkawinan dan tips-tips terkait pengelolaan keuangan yang diberikan bisa membantu para pasangan lebih siap menghadapi kehidupan setelah pernikahan dengan lebih baik dan tidak terjebak gaya hidup yang tak sesuai keuangan.

“Gaya hidup harus disesuaikan dengan penghasilan,” tegasnya.

Selain memberikan pemahaman tata kelola keuangan kepada para cantin, pihaknya juga mengimbau kepada para Aparatur Sipil Negara (ASN) serta para pegawai honorer yang sebentar lagi akan diangkat menjadi guru PPPK di Kabupaten Sumenep agar tetap menjaga gaya hidup, kendati mengalami peningkatan pendapatan.

Sehingga tidak menimbulkan masalah-masalah baru, karena keinginan sesaat untuk meningkatkan gaya hidup yang jauh dari kemampuan keuangan.

“Kenaikan pendapatan seharusnya tidak selalu diikuti dengan peningkatan gaya hidup yang berlebihan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *