Sumenep, locusjatim.com– Pemerintah Kabupaten Sumenep mengimbau para petani tembakau untuk lebih berhati-hati dan tidak gegabah menanam tembakau dalam jumlah besar pada musim tanam 2025. Meskipun lahan dan kebebasan bertani sepenuhnya menjadi hak petani, harga jual tembakau tetap tak bisa dijamin, karena sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme pasar.
Hal itu ditegaskan langsung oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Sumenep, Chainur Rasyid, saat menanggapi tren kenaikan luas tanam tembakau tahun ini.
“Silakan tanam sebanyak mungkin, itu hak petani. Tapi soal harga, kami tidak bisa menjamin. Itu tergantung mekanisme pasar dan kebutuhan pabrikan,” ujarnya.
Tahun ini, DKPP mencatat luasan tanam tembakau telah mencapai sekitar 14.000 hektare dari total potensi 21.000 hektare di Kabupaten Sumenep. Pemerintah daerah telah menyediakan pembibitan di 30 titik dengan estimasi 1,5 juta bibit per titik, sebagai bentuk dukungan terhadap produksi.
Namun di balik dukungan tersebut, Pemkab Sumenep mengingatkan bahwa potensi kelebihan produksi bisa berdampak negatif terhadap harga jual. Stok tembakau di pabrikan yang masih melimpah menjadi pertimbangan penting agar petani tidak mengalami kerugian di akhir musim panen.
“Kalau suplai terlalu tinggi sementara serapan pabrik stagnan, petani yang akan dirugikan karena harga bisa jatuh,” jelas Chainur.
Oleh sebab itu, Pemkab mendorong petani untuk merencanakan tanam secara bijak, tidak hanya mengandalkan semangat produksi semata.
Imbauan ini juga sejalan dengan kekhawatiran dari kalangan pengusaha tembakau. Mereka menilai, tanpa koordinasi yang baik antara petani, pengusaha, dan pemerintah, siklus over-supply dan anjloknya harga akan terus berulang setiap musim.
Pemerintah daerah juga menyarankan agar petani mulai membentuk kelompok tani atau koperasi yang bisa menjadi penghubung antara petani dan industri. Dengan begitu, distribusi dan kontrak jual beli bisa dikelola lebih terstruktur dan terhindar dari sistem yang merugikan petani.
“Kami berharap petani tetap waspada. Jangan hanya melihat kemudahan tanam, tapi juga pikirkan risiko di akhir,” pungkas Chainur Rasyid.(*)