BeritaHeadline

Jelang Ramadan, Harga Bahan Pokok di Banyuwangi Naik, Pemda Siapkan Operasi Pasar

817
×

Jelang Ramadan, Harga Bahan Pokok di Banyuwangi Naik, Pemda Siapkan Operasi Pasar

Sebarkan artikel ini
fdb8967a90eb

Banyuwangi, locusjatim.com Menjelang Ramadan 2025, harga sejumlah bahan pokok di Banyuwangi mengalami kenaikan.

Pemerintah daerah melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan (Diskopumdag) terus memantau pergerakan harga di pasar guna mengantisipasi lonjakan yang lebih tinggi.

Kepala Diskopumdag Banyuwangi, Nanin Oktaviantie, menyatakan bahwa pemantauan harga dilakukan setiap hari. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan signifikan di antaranya cabai rawit merah yang kini mencapai Rp 91.600 per kg, naik dari Rp 85.600 per kg.

“Minyak goreng curah juga naik menjadi Rp 19.300 per liter dari sebelumnya Rp 19.200. Sedangkan minyak goreng kemasan sederhana dan premium masih bertahan di harga Rp 18.250 dan Rp 20.800 per liter,” ujar Nanin, Rabu (26/02/2025).

Selain itu, harga daging ayam ras juga naik menjadi Rp 33.000 per kg dari sebelumnya Rp 32.800 per kg. Telur ayam ras kini dijual Rp 29.400 per kg, mengalami kenaikan dari Rp 28.900 per kg.

Guna menjaga stabilitas harga, Diskopumdag Banyuwangi berencana kembali menggelar operasi pasar bersama Bulog pada 28 Februari, menjelang awal Ramadan.

“Kami juga akan bersurat ke Bulog Banyuwangi agar operasi pasar tetap dilakukan selama bulan Ramadan,” tambah Nanin.

Meski kenaikan harga tidak dapat dikendalikan sepenuhnya karena mekanisme pasar, terutama menjelang hari besar seperti Ramadan dan Idul Fitri, operasi pasar diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat.

Meski harga naik, Nanin memastikan bahwa stok bahan pokok di Banyuwangi masih dalam kondisi aman. Bahkan, sebagai daerah penghasil, Banyuwangi tetap memasok beras, sayuran, dan cabai ke Bali serta Pasar Kramat Jati Jakarta.

Ia juga mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam konsumsi, terutama saat harga minyak goreng naik. Alternatif menu seperti pepes, pindang koyong, atau pecel pitik bisa menjadi pilihan untuk mengurangi ketergantungan pada minyak goreng.

“Yang penting kebutuhan pangan tetap terpenuhi, dengan atau tanpa minyak goreng,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *