locusjatim.com, Sumenep – Melihat besarnya potensi maritim di Kabupaten Sumenep, Bandar Laut Dunia (Balad) Grup melakukan investasi budidaya perikanan di sejumlah teluk yang berada di gugus Kepulauan Kangean.
Owner Balad Grup Khalilur R Abdullah Sahlawy mengaku, pihaknya bahkan telah memasang target Rp 100 triliyun, untuk investasi budidaya perikanan lobster, teripang dan kerapu di Sumenep.
Pihaknya juga telah melakukan penelitian pada 28 teluk di gugus Kepulauan Kangean. Bahkan ia menilai, ada 16 kawasan yang cocok dan sangat potensial untuk dijadikan budidaya lobster
“Di gugusan teluk Kangean, kami menemukan ada 28 teluk yang itu sangat potensial untuk menjadi tempat budidaya bagi tiga jenis perikanan, budidaya yang pertama lobster, yang kedua kerapu dan yang ketiga teripang,” ujarnya.
Untuk lokasi budidaya lobster, kata pria yang akrab disapa Ji Lilur itu, harus memenuhi beberapa kriteria, seperti tidak bergelombang, berarus sedang, tak berombak, memiliki tingkat keasinan tinggi serta posisi kedalaman laut saat surut harus mencapai lima meter.
Kondisi tersebutlah yang dilihat Balad Grup pada 16 teluk di gugus kepulauan Kangean, yang nantinya direncanakan untuk budidaya lobster.
“Terkait lobster, budidayanya harus di teluk, karena kami belajar di Vietnam sebagai negara yang sukses melakukan budidaya lobster dan menjadi eksportir terbesar lobster di dunia,” ucapnya.
Kemudian untuk budidaya teripang, membutuhkan lokasi yang berlumpur. Kawasan seperti itu kata dia bisa dilihat di daerah Sapeken yang masih masuk dalam gugus Kepulauan Kangean.
Di sana, lanjutnya, kondisi teluk berlumpur dan sudah menjadi tempat berkembangbiaknya teripang pasir sejak puluhan tahun lalu.
“DI Sapeken yang itu masih gugusan Kangean punya Sumenep itu tempat beranaknya teripang pasir yang itu sudah puluhan tahun dijual di Cina. Nah ini akan kita lipat gandakan dengan budidaya. Jadi tidak liar, tapi kita budidayakan,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk budidaya kerapu dibutuhkan teluk yang agak berarus, tetapi tidak terlalu kencang. Di gugus Kepulauan Kangean tambahnya, juga ada teluk-teluk yang cocok untuk melakukan hal itu.
Ia melanjutkan, selain potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang luar biasa, potensi pasar untuk ketiga jenis perikanan tersebut juga sangat besar, terutama di negara Cina dan Vietnam.
“Keperluan pasar di Cina luar biasa, saya dua hari di sana diundang oleh perusahaan swasta nasional dan perusahaan BUMN di Cina, mereka menginginkan ratusan ribu ton supply kerapu, supply lobster dan supply teripang dan itu nilainya triliunan,” paparnya.
Melihat sejumlah potensi itu, ia yakin beberapa tahun yang akan datang, Sumenep tak hanya menjadi penghasil lobster terbesar, tetapi juga mercusuar budidaya perikanan di dunia.
Pihaknya bahkan optimis dalam sepuluh tahun kedepan nilai investasi mereka pada sektor tersebut, dapat mencapai 100 triliun rupiah.
“Kalau 30.000 hektar teluk di gugusan teluk Kangean itu kita berdayakan insha allah itu akan menghasilkan sesuatu yang fantastis,” ungkapnya.
Tak hanya memaksimalkan potensi maritim, pihaknya juga menjamin akan memberdayakan masyarakat setempat dalam pengelolaan budidaya perikanan tersebut.
“Saya pastikan 100 persen pekerja kami dari masyarakat sekitar,” tutupnya.