Berita

Kemarau Panjang Diduga Sebabkan Lereng Argopuro di Jember Terbakar

186
×

Kemarau Panjang Diduga Sebabkan Lereng Argopuro di Jember Terbakar

Sebarkan artikel ini
Foto Post 20231007 145057 0000
Kebakaran lereng Gunung Argopuro (Foto: Istimewa)

JEMBER, locusjatim.com – Kemarau panjang yang melanda banyak daerah termasuk Kabupaten Jember, Jawa Timur diduga memicu kebakaram hutan di lereng Gunung Argopuro pada Kamis malam, (05/10/2023).

Kebakaran itu pun langsung mendapat sorotan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat.

Bupati Jember, Hendy Siswanto mengatakan kebakaran di lereng Gunung Argopuro sempat padam pada Kamis malam, tetapi beberapa titik api kembali muncul.

“Kemarin malam sempat agak padam karena turun hujan gerimis, akan tetapi informasinya tadi pagi kembali membesar lagi karena angin dan kondisi cuaca kering,” ujarnya, Jum’at (6/10/2023).

Orang nomor satu di Jember itu menyebutkan berdasarkan laporan dari BPD setempat kebakaran itu diduga karena faktor alam dan puncak El Nino yang telah mengakibatkan kemarau panjang.

“Berdasarkan laporan dari BPBD, sumber api muncul karena faktor alam. Jenis batuan nila yang berada di kawasan tersebut saat terjadi gesekan dapat menimbulkan percikan api. Itu analisa awal,” jelasnya.

Selain itu, ia mengatakan kawasan itu juga dipenuhi dengan pohon cemara kecil serta semak-semak yang memang mudah terbakar.

Kendati demikian Bupati Hendy memastikan, wilayah lereng gunung Argopuro yang terbakar jauh dari pemukiman. Namun pihaknya tetap menyiagakan petugas untuk memantau kebakaran dari posko di Desa Badean, Kecamatan Bangsalsari.

“Kami minta pengamatan dari Desa Badean terus dilakukan untuk memonitor kondisi di lapangan. Berdasarkan informasi penduduk, titik api yang sama pernah terjadi sekitar 5 tahun yang lalu selama tiga hari saat kemarau panjang,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala BPBD Jember Widodo Julianto mengatakan, pihaknya menekuman beberapa kendala daam penanganan kebakaran di lereng Gunung Argopuro.

Oleh sebab itu, pihaknya melakukan pemantauan dari posko terdekat.

“Aksesnya sangat sulit dijangkau, sehingga kami bersama sejumlah pihak hanya melakukan pemantauan dari Pos Badean,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *