Saya sempat ragu untuk menulis catatan ini karena khawatir dianggap memiliki kepentingan tertentu.
Tapi sebagai jurnalis yang setiap hari bersinggungan dengan narasumber dari berbagai instansi, saya merasa perlu menyampaikan pandangan.
Belakangan ini, isu pergantian Sekretaris Daerah (Sekda) Sumenep mencuat ke publik, menyusul kabar bahwa Sekda saat ini akan memasuki masa pensiun. Namun, saya tidak ingin masuk ke wilayah itu. Fokus saya justru tertuju pada mutasi jabatan di lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemkab Sumenep.
Mutasi jabatan bagi saya bukanlah hal tabu. Saya teringat pengalaman semasa nyantri di Pesantren Al-Amien. Di lingkungan organisasi pondok, mutasi adalah bagian dari penyegaran. Saya sendiri pernah dipindah dari bidang bahasa ke bidang peribadatan. Perubahan itu dilakukan demi efektivitas program kerja. Ketua dan wakil ketua organisasi punya pertimbangan tersendiri, begitu juga dalam pemerintahan.
Bupati Sumenep pernah mengatakan kepada saya bahwa media memiliki peran penting dalam proses pengambilan kebijakan, termasuk soal mutasi. Menurut saya, sudah saatnya dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja OPD, agar visi-misi pemerintahan dengan tagline “Bismillah Melayani” benar-benar dijalankan secara taktis.
Mutasi bukan soal suka atau tidak suka, tapi soal kemampuan menjalankan amanah. OPD harus bisa bekerja dari bawah, menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, dan menghadirkan inovasi.
Jika boleh menyebut, sektor pariwisata dan olahraga adalah dua bidang yang menurut saya butuh penyegaran. Tapi bukan soal siapa orangnya, melainkan kompetensi dan semangat untuk melayani.
Sebagai jurnalis, saya hanya ingin Sumenep dijalankan oleh orang-orang yang siap bekerja untuk rakyat, bukan sekadar menempati jabatan.
