Berita

Tantangan Pers di Tengah Gempuran Teknologi Digital dan Informasi dalam Genggaman

653
×

Tantangan Pers di Tengah Gempuran Teknologi Digital dan Informasi dalam Genggaman

Sebarkan artikel ini
Jurnalis Senior di Sumenep Ibnu Hajar
Jurnalis Senior di Sumenep Ibnu Hajar (Foto: Istimewa)

LOCUSJATIM.COM, SUMENEP – Perkembangan teknologi digital membuat pertukaran informasi menjadi semakin mudah dan memberikan tantangan baru bagi insan pers masa kini.

Jurnalis Senior di Sumenep, Ibnu Hajar menyebut saat ini informasi sudah tersedia dalam genggaman, karenanya sebagai pers perlu adanya karya jurnalistik yang memiliki nilai edukasi untuk masyarakat.

“Memberikan nuansa edukasi dan memberikan nuansa bagaimana informasi dan fakta itu sampai di masyarakat,” ujarnya saat Hari Pers Nasional yang juga merupakan HUT PWI ke- 78, Jum’at (09/02/2024).

Oleh sebab itu seorang jurnalis yang juga budayawan tersebut menekankan pentingnya gerakan Ibda’ Bi Nafsi yakni introspeksi diri bagi para insan pers.

Kemudian membangun jurnalisme yang mampu memberikan pencerahan bagi masyarakat, yang tidak hanya mampu mengkritik, tetapi juga mampu mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kualitas diri sendiri.

Menurutnya Sumber Daya Manusia (SDM) dari para insan pers, sangat berpengaruh pada kualitas karya maupun tulisan yang dihasilkan.

“Bagaimana benang merah jurnalisme itu harus terbangun, sehingga dari tahun ke tahun ada peningkatan. Yang saya maksud peningkatan itu mampu memberikan pencerahan yang luar biasa kepada masyarakat,” tuturnya.

Melalui moment HPN ini, dirinya mengajak insan pers untuk kembali merenungkan kontribusi karya jurnalistik, agar selalu mengedepankan penyajian fakta dalam setiap pemberitaan.

Lebih jauh ia memaparkan, jika dulu pers berhadapan dengan berita-berita hoax, maka saat ini, di era media sosial tantangan terbesarnya adalah bebasnya arus informasi, hingga masyarakat yang dalam tanda kutip ingin menggantikan peran pers.

Sebab melalui media sosial, terang Ibnu Hajar, masyarakat sangat mudah sekali membangun opini yang kemudian bisa berubah menjadi stigma yang terbangun di masyarakat.

“Dan ini menjadi tantangan bagi kita sebagai insan pers untuk menjadi garda terdepan, bagaimana bisa memberikan atau menyuguhkan antara fakta, hoax dan barangkali sesuatu yang tidak memberikan edukasi luar biasa kepada masyarakat,” paparnya.

Untuk itu kata dia, Dewan Pers mengadakan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) demi menjaga marwah dan kualitas tulisan yang dihasilkan oleh para wartawan.

Sehingga di lapangan wartawan tidak hanya berkeliling dan memamerkan kartu pers, tetapi juga bisa menulis dan memahami teknik mewawancarai narasumber.

Sebab Ibnu Hajar mengumpamakan, insan pers adalah jembatan yang menghubungkan masyarakat dengan birokrasi maupun sebaliknya.

“Kita adalah sebuah jembatan ketika jembatannya itu kuat, ketika jembatannya itu indah, ketika jembatannya itu memberikan ruang yang sudah luasnya, maka siapa yang melintas di atasnya akan senang,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *