LOCUSJATIM.COM, SUMENEP – Pasca terbitnya Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 30 Tahun 2024, permintaan tikar anyaman dari daun lontar semakin meningkat.
Hal tersebut, sesuai dengan isi dari Perbup no 30 tahun 2024 yang mewajibkan pembeli tembakau, menggunakan pembungkus tembakau dari tikar yang diproduksi oleh masyarakat lokal.
Merespon permintaan pasar yang semakin meningkat, penganyam tikar lontar Sumenep melakukan inovasi dengan menghadirkan alat perapi daun lontar, untuk efesiensi pengerjaan.
Alat untuk merapikan potongan daun lontar ini berbahan dasar dari dua potongan kayu berukuran sedang, yang ditempelkan menjadi satu. Di antara dua potongan kayu tersebut, terdapat penyangga untuk mengatur ukuran daun lontar agar hasilnya rapi dan seragam.
Sementara di bagian belakang diberi pisau atau cutter, yang nanti fungsinya untuk memotong daun lontar.
Penganyam tikar akan memasukkan beberapa daun lontar dari depan, kemudian menariknya secara bersamaan.
Salah satu penganyam daun lontar Warga Desa Karduluk khotimah menjelaskan, ada dua metode untuk membuat elas daun lontar.
Pertama, menggunakan alat bernama jengat, yang terbuat dari bahan rakara, yang sifatnya agak keras dan tebal.
“Itu biasanya yang digunakan untuk membuat elas, itu ukurannya disesuaikan oleh para petani. itu terkait dengan alat tradisional atau yang agak lama,” ujarnya.
Namun, penggunaan alat tersebut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat anyaman tikar.
Oleh sebab itu, dirinya yang merupakan seorang pemula berinisiatif membuat alat yang lebih praktis digunakan, yang berbahan dasar kayu.
“Saya ingin membuat alat yang mempermudah pengerjaan, terutama bagi seorang pemula seperti saya, nah jadilah alat yang terbuat dari bahan kayu ini, untuk ukuranya itu sesuai dengan tebal tipisnya elas tersebut,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, menggunakan alat baru atau metode kedua tersebut ada beberapa keuntungan yang bisa didapatkan penganyam tikar lontar.
Diantaranya, bisa membuat celat sendiri tanpa bantuan orang lain. Sebab jika menggunakan metode lama atau jengat, penganyam tidak bisa membuat celat.
“Jadi yang awalnya tidak bisa membuat elas dengan alat ini bisa menghasilkan pelat sendiri tanpa bantuan orang lain nah itu yang pertama, jadi sangat bermanfaat sekali terutama bagi pemula,” paparnya.
Keuntungan selanjutnya, hasil yang didapat bisa lebih banyak dari pada menggunakan metode lama.
Ia memaparkan, dengan metode lama, penganyam hanya bisa menghasilkan satu elas dalam sekali produk. Sementara dengan alat yang baru, rakara yang dihasilkan dapat digandakan.
“Kalau menggunakan metode lama dengan alat jengat itu tidak bisa double, artinya hanya menghasilkan satu alas saja. Itu keuntungan yang bisa didapat ketika memakai alat elas metode baru ini,” ucapnya.
Kendati demikian, dirinya mengaku saat ini alat tersebut hanya beredar di kalangan sendiri, sehingga bagi para penganyam yang menginginkan bisa langsung memesannya ke tukang atau meubel terdekat.
“Jadi bagi siapa yang berminat menggunakan ini orang-orang di sini hanya minta tolong ke tukang-tukang mebel untuk membuatnya disesuaikan dengan permintaan atau disesuaikan dengan ukuran yang ingin membuatnya saja, masalah apa namanya upah atau ongkosnya itu bersifat personal,” pungkasnya.