Berita

Canteng Koneng Siap Jadi Kiblat Batik Modern Khas Anak Muda

291
×

Canteng Koneng Siap Jadi Kiblat Batik Modern Khas Anak Muda

Sebarkan artikel ini
IMG 20231002 WA0047
Owner Canteng Koneng, Didik Haryadi dalam Program PWITalk (Foto: Istimewa)

SUMENEP, locusjatim.com – Produsen Canteng Koneng (Cako) mengaku siap jadi kiblat batik modern khas anak muda.

Hal itu diwujudkan melalui kolaborasi bersama para GenZ hingga milenial.

Owner Cako, Didik Haryadi mengatakan gebrakan tersebut dilakukan untuk memberi warna baru dunia perbatikan sekaligus mematahkan streotipe kono yang kerap melekat dalam batik tradisional.

Oleh sebab itu sejak awal, pihak Cako telah merekrut dan mempekerjakan anak muda untuk memproduksi batik, mulai dari desain hingga tahap pendistribusiannya.

“Sejak Canteng Koneng lahir kita menciptakan lapangan kerja bagi kaum muda, kaum milenial. Sehingga karya-karya kita pun lebih milenial dan disukai oleh kalangan muda sampai dewasa,” ujarnya.

Didik mengaku dengan cara tersebut, para anak muda tidak lagi hanya sekadar pemakai batik saja, melainkan juga pembuatnya.

“Hari ini tidak hanya pemakainya dari kalangan milenial namun pembatiknya pun begitu,” imbuhnya.

Didik menambahkan agar batik tak lagi terkesan konu, diperlukan inovasi-inovasi baru dalam dunia perbatikan yang mampu menghadirkan desain-desain modern sehingga bisa menarik perhatian kaula muda.

Hal pertama yang perlu dilakukan ujar Didik adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dari kalangan anak muda putra-putri daerah. Lalu pengerjaannya dilakukan menggunakan cara-cara yang dekat dengan keseharian mereka.

Salah satu yang telah Cako lakukan ialah membuat sketsa untuk batik yang akan diproduksi. Cara tersebut merupukan pembaharuan dalam dunia perbatikan yang dicetuskan oleh rumah pruduksi batik asal Sumenep tersebut.

“Hari ini batik kita disketsa, kita bikinkan desainnya dulu sehingga kita sudah tahu bagaimana penempatan-penampatan desain batik yang akan kita aplikasikan pada kain,” paparnya.

Lebih lanjut, Didik menjelaskan cara itu terbukti membuat batik tidak lagi terkesan kuno sehingga ia diminati oleh banyak kalangan.

“Hari ini tidak hanya kalangan Dewata saja. Namun, banyak pengusaha milenial banyak Kementerian bahkan presiden sudah memakai batik karya anak muda bangsa kita,” ungkapnya.

Selain itu, Cako juga berani bermain dalam motif batik, bahkan motif-motif tersebut cenderung melawan pakem yang ada selama ini.

Menurut Didik hal tersebut erat kaitannya dengan perubahan yang ingin ia bawa dalam dunia perbatikan. Apalagi dirinya menggandeng anak muda untuk melakukan hal tersebut.

“Nah tentu anak-anak milenial ini tidak mau bekerja kalau pendapatannya tidak maksimal,” ujarnya.

Sehingga kata Didik perlu diperhatikan pula kesejahteraan para pembatik ke depannya jika tidak mau melakukan perkembangan zaman.

Sebab menurutnya mempertahankan pakem lama tanpa mempertimbangkan nilai jual tidak akan menarik perhatian anak muda.

“Ini merupakan pilihan. Namun, ini juga merupakan nilai tambah yang luar biasa kita kejar ya,” tegasnya.

Meski begitu, Didik mengaku tak ragu melestarikan kekayaan batik tradisional sebab proses yang ia lakukan sejatinya juga bersumber dari cara-cara lama.

Hingga saat ini, dengan cara dan perubahan yang mereka lakukan, Cako sukses menjadi kiblat dalam dunia perbatikan.

“khususnya di kabupaten Sumenep hampir 90 persen,” ungkapnya.

Selain itu, untuk memperkuat bursa batik Nasional Cako juga mengadakan pelatihan membatik untuk semua kalangan mulai dari anak usia dini hingga warga binaan di lapas-lapas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *