LOCUSJATIM.COM, JAKARTA – Direktur Srikandi Energi Indonesia, Annisa Nuril Deanty menyoroti perhelatan Debat keempat Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) yang terkesan tidak serius membahas terkait isu transisi energi.
Padahal pada debat keempat yang diikuti oleh ketiga Cawapres yakni Muhaimin Iskandar dari nomor urut 01, Gibran Rakabuming Raka di nomor urut 02 dan Mahfud MD pada nomor urut 03. berlangsung kemarin, Minggu (21/01/2024) itu, mengakat tema Pembangunan Berkelanjutan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, Energi, Pangan, Agraria serta Masyarakat Adat dan Desa.
Namun, Annisa merasa ketiga cawapres terkesan tidak serius membahas tentang transisi energi yang masuk dalam tema perdebatan malam itu.
Ia mengungkapkan perkara transisi energi maupun Rancangan Undang Undang Energi Baru Terbarukan (RUU EBET) masih belum disahkan, sehingga bisa menjadi pembahasan yang menarik dibicarakan dalam debat.
“Kami sangat menyanyangkan ketiga cawapres tidak menyingung soal transisi energi dan RUU EBET,” akunya, Selasa (23/01/2024).
Apalagi, lanjutnya Indonesia berkomitmen dan meratifikasi Paris Agrement tentang perubahan iklim dengan menargetkan Indonesia bebas emisi karbon di tahun 20260.
“Kita ketahui bersama bahwa emisi karbon disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara dan minyak bumi. kertengantungan Indonesia terhadap energi fosil tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan dan pencemaran udara,” paparnya.
Dirinya menegaskan bahwa setiap Pasangan Calon (Paslon) Presiden dan Wakil Presiden itu memiliki visi misi terkait Energi Baru dan Terbarukan, tetapi ketiganya juga seolah kompak untuk tidak serius mengangkat isu tersebut.
Padahal, perubahan iklim dan transisi energi, kata aktivis PMII itu merupakan sebuah ancaman yang tidak hanya mengancam Indonesia, tetapi juga dunia secara global.
Dan perbahan iklim bisa diatasi dengan transisi energi, yakni mengubah energi fosil menjadi energi bersih ramah lingkungan.
“Kita masih kecanduan batubara dan minyak bumi meskipun saat ini sudah dimulai transisi energi dengan mengkampayekan dan memberi insetif penggunaan mobil dan motor listrik namun sumber listrik yang kita hasilkan masih dari batubaru, ini sama saja kita menambah emisi karbon,” jelasnya.
Oleh sebab itu, ia berharap dalam debat keempat itu, ketiga cawapres menyampaikan dengan lugas dan tegas gagasan mereka terkait energi sebagai modal pembangunan diatur dalam Perpres Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional.
Pihaknya menambahkan, nantinya kebijakan tersebut harus bisa digunakan untuk tata kelola energi fosil, dengan menyisikan sebagian untuk modal pembangunan maupun investasi energi baru dan terbarukan.
“Yang lebih penting peta jalan menuju Net Zero Emisi harus dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yaitu RUU EBET sebagai bentuk kepastian tata kelola energi baru dan terbarukan,” tambahnya.
Lebih jauh, ia yang seorang perempuan juga berharap capres maupun cawapres tidak mengesampingkan peran-peran wanita dalam perkara energi.
Sebab menurutnya perempuan memiliki hubungan yang erat dengan energi, sehingga layak dan sudah seharusnya dilibatkan dalam setiap prosesnya.
“Semua capres lupa, bahwa kami kelompok perempuan baik muda maupun emak-emak sangat erat hubungannya dengan energi dan seharusnya kami dilibatkan secara aktif dalam segala proses tata kelola energi baru dan terbarukan mulai dari perencanaan, operasional hingga distribusi,” tandasnya.