NASIONAL, locusjatim.com – Media sosial akhir-akhir ini ramai dengan postingan semangka, baik berupa buah asli maupun ilustrasi-ilustarsi.
Pemakain semangka itu bukan tanpa alasan, melainkan sebagai simbol perlawanan Palestina atas tindakan penjajahan yang dilakukan Israel.
Bagi masyrakat umum, penggunaan semangka merupakan bagian dari keberpihakan untuk mendukung kemerdekaan bagi rakyat Palestina.
Bahkan demonstran dari berbagai belahan dunia menggunakan semangka sebagai bentuk protes atas kekejian Israel.
Dilihat dari sejarahnya, penggunaan semangka dimulai sesaat setelah perang enam hari. Kala itu, Israel berhasil menduduki wilayah Tepi Barat, Gaza serta Yerusalem Timur.
Dilansir dari berbagai media, atas pendudukan itu Israel kemudian menyatakan pengibaran bendera Palestina adalah tindakan kriminal di Gaza dan Tepi Barat.
Tak sampai di situ, Israel juga melarang penggunaan bendera Palestina di wilayah pendudukannya.
Namun, rakyat Palestina mengakali pelarangan tersebut dengan menggunakan buah semangka karena ketika dibelah berwarna merah, hijau, hitam dan putih yang senada dengan warna bendera tanah air mereka.
Pelarangan pengibaran bendera Palestina kemudian selesai saat Israel mencabut larangan itu karena merupakan bagian dari perjanjian Oslo yang salah satu syaratnya adalah pengakuan timbal balik antara Israel dan Palestinian Liberation Organization.
Setelah pernjanjian itu, New York Times pun mengisyarakan semangka sebagai simbol pengganti selama pelarangan penggunaan bendera Palestina.
Lalu, pada tahun 2007 setelah peran Intifada kedua, seorang sineman bernama Khaled Haurani membuat sebuah karya yang berjudul “The Story of The Watermelon” untuk buku berjudul “Subjective Atlas of Palestine”. Kemudian Khaled mengisolasi satu cetakan dan ia memberinya nama “The Colours of The Palestinian Flag” sejak saat itulah semangka dikenal masyarakat luas sebagai simbol perlawanan Palestina.
Tahun berlalu, penggunaan semangka hilang dan timbul. Mulai dipakai lagi di tahun 2021 saat Israel memutuskan akan menggusur keluarga Palestina yang tinggal di sekitar wilayah Seikh Jarrah di Yerusalem Timur.
Dan kini di 2023 penggunan semangka kembali ramai sejak menteri keamanan Israel Itamar Ben-Gevir memberi wewenang pada kepolisian untuk menyita bendera Palestina yang diikuti pula dengan langkah pelarangan penampilannya di Institusi-institusi yang dibiayai pemerintah termasuk perguruan tinggi.
Semula RUU itu lolos tetapi batal karena Israel membunarkan parlemen.
Pada Juni 2023 lalu, organisasi masyarakat Arab-Israel Zazim melakulan kampanye untuk memprotes penangkapan dan penyitaan bendera Palestina. Mempertegas hal itu, gambar semangka kemudian ditempelkan di 16 taksi yang beroperasi di Tel Aviv dengan penambahan tulisan “Ini bukan bendera Palestina”.
Direktur Zazim, Rerulca Ganea juga tegas mengatakan pihaknya akan terus menemukan cara untuk mengakali larangan tersebut.
“Pesan kami kepada pemerintah sudah jelas, kami akan selalu menemukan cara untuk menghindari larangan yang tidak masuk akal dan kami tidak akan berhenti memperjuangkan kebebasan berekspresi dan demokrasi,” tegasnya.
Dan sekarang semangka semakin ramai digunakan baik di media sosail melalui postingan-postingan pribadi hingga di dunia nyata di berbagai belahan dunia pada demonstrasi-demontrasi pro Palestina.
Selain alasan-alasan itu, semangka juga merupakan buah-buahan yang tumbuh di seluruh kawasan Palestina dari Jenin hingga Gaza.
Fakta-fakta itu membuat semangka menjadi simbol yang palin ikonik untuk merepresntasikan Palestina sekaligus perlawanan mereka dibandingkan dengan buah-buah lain seperti jeruk, zaitun hingga terong yang juga mewakili tanah Al-Quds itu.