Sumenep, locusjatim.com- Menjadi seorang pendidik bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dijalan. Mereka senantiasa dituntut untuk mampu mentransfer pengetahuan kepada setiap anak didiknya, dengan ketulusan dan semangat yang membara.
Maka tak heran, jika seorang guru kemudian menerima penyematan gelar sebagai seorang pahlawan tanpa jasa, dengan segala dedikasinya dalam dunia pendidikan.
Hal ini juga berlaku untuk sosok luar biasa, yakni Noeruddin salah seorang guru honorer yang tinggal di daerah pelosok, tepatnya Desa Celong, Kepulauan Kangean Sumenep.
Noeruddin diketahui telah mengabdikan dirinya sebagai seorang guru honorer di wilayah kepulauan, sejak tahun 1990 atau terhitung 35 tahun hingga saat ini.
Beragam tantangan dan suka duka telah dilewatinya. Mulai dari kehidupan yang jauh dari kata layak, sulitnya medan yang harus ditempuh untuk mengajar, mendapatkan kecamatan dari sejumlah pihak, seperti orang tua murid, hingga harus kehilangan sepeda motor, satu-satunya fasilitas yang ia miliki untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru akibat dibakar oleh seorang pria beberapa waktu lalu.
Namun, di tengah situasi sulit yang menimpanya Noeruddin tak pernah mengeluh dan menyalahkan siapapun. Dirinya justru percaya musibah tersebut menjadi salah satu cara Tuhan untuk mengajarkan agar tetap bertahan dan bertawakal dalam kondisi apapun.
Menurutnya, ujian hidup yang dialami tidak akan pernah mampu dan tidak boleh untuk memadamkan semangatnya dalam memberikan ilmu kepada para generasi-generasi emas penerus bangsa Indonesia yang ada di wilayahnya.
Karena baginya, mengajar adalah cara dia mendidik dan mentransfer ilmu yang telah diberikan Tuhan kepadanya, untuk diajarkan kembali kepada murid-muridnya.
“Motivasinya adalah ikhlas lillahi ta’ala. Memberikan ilmu tidak boleh pantang menyerah, tidak boleh mengeluh itu saja, ikhlas menjalani apapun dan tidak mengharapkan dari apa yang kita lakukan,” ucapnya.
Selain itu, Noeruddin juga mengaku anak-anak yang ia ajar adalah salah satu motivasi dan kekuatannya untuk terus melanjutkan langkah sebagai guru, yang tak sekedar mengajarkan ilmu, tetapi juga mendidik dengan adab dan sopan santun.
“Semangat saya adalah karena anak-anak, yang membuat saya semangat ilmu yang diberikan kepada mereka, harapannya dapat menjadi akhlakul karimah yang baik kemudian mempunyai ilmu yang berkah untuk mereka di masa depan,” paparnya.
Menurutnya sebagai guru meski masih seorang honorer, mengedepankan pendidikan untuk anak bangsa adalah suatu keharusan. Meski begitu, ia tidak menampik ada keinginan untuk mendaftar sebagai PPPK di Kabupaten Sumenep.
Kendati demikian, ia juga mangaku tak masalah jika kesempatan tersebut masih belum menjadi takdirnya.
“Alhamdulillah, niat gak niat pun saya tetap bersyukur. Mungkin saya memang berpikir untuk mendapatkan PPPK itu, tapi kembali lagi kepada takdir saya, kalau memang ada di situ akan saya jalani dengan penuh syukur dan ikhlas karena Allah SWT,” tegasnya.
Noeruddin berharap, apa yang dialaminya tidak terjadi pada guru-guru lain yang juga berstatus honorer seperti dirinya. Ia yakin apa yang menimpanya adalah ujian, baik untuknya maupun pelaku yang telah melakukan hal tersebut kepadanya.
“Harapan saya, hal yang sudah saya alami, tidak terjadi lagi ke orang lain.
Cukuplah saya alami, cukuplah terjadi pada saya. Ini adalah ujian dari Allah
buat saya dan juga pelaku agar ke depan tidak lagi merasakan, apa yang saya alami tidak terulang lagi,” pungkasnya.