Berita

NU Sumenep Ajak Nahdliyin Jaga Keselamatan Lingkungan

791
×

NU Sumenep Ajak Nahdliyin Jaga Keselamatan Lingkungan

Sebarkan artikel ini
IMG 20231002 WA0066
Kegiatan istigosah untuk menjaga keselamatan lingkungan PCNU Sumenep. (Foto: Habib for locusjatim)

SUMENEP, locusjatim.com- Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep mengajak para kaum Nahdliyin untuk turut serta, menjaga keselamatan lingkungan sekitar.

Demi mewujudkan hal tersebut, salah satunya NU Sumenep menggelar Istighatsah untuk keselamatan lingkungan. Kegiatan tersebut sekaligus menjadi pembuka dari serangkaian kegiatan Hari Santri 2023 yang akan digelar selama satu bulan ke depan. Senin, 2 Oktober 2023.

Istighatsah untuk keselamatan lingkungan itu berlangsung di Pantai Bantelan, Desa Bantelan Kecamatan Batuputih. Diawali dengan Kirab Santri oleh ratusan kader GP Ansor dan Banser di 4 kecamatan, Gapura, Dungkek, Batang-Batang dan Batuputih.

Ketua PCNU Sumenep, KH A Pandji Taufiq mengatakan bahwa menjaga keselamatan lingkungan sangat penting. Mengingat, saat ini tengah dihadapkan dengan krisis pangan yang melanda 20 negara. Sehingga membangun kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan adalah hal yang perlu diperhatikan oleh Nahdlatul Ulama.

“Kita tahu saat ini, semua negara tengah menghadapi krisis pangan. Bahkan isu lingkungan ini menjadi tema pembicaraan di konferensi antar pemimpin negara. KTT di Bali, KTT di India dan KTT ASEAN tak luput dari pembahasan soal krisis pangan. Maka NU juga harus demikian,” ungkap Kiai Pandji, sapaan lekatnya, saat ditemui di lokasi usai acara.

Kiai Pandji lantas menyebut, bahwa krisis pangan terjadi akibat dari kekeringan yang melanda. Sementara kekeringan disebabkan oleh pemanasan global. Maka yang biasanya banyak negara menjadi importir beras, saat ini sudah menahan pangan karena khawatir di negaranya sendiri kehabisan stok.

“Di Indonesia sendiri mau membeli beras ke luar negeri sangat sulit. Jadi tak ada salahnya NU membahas lingkungan,” tambahnya.

Bila keselamatan lingkungan tak kunjung disadari bersama, lanjut Kiai Pandji, bukan tidak mungkin krisis pangan juga melanda Sumenep. Apalagi, saat ini di sejumlah wilayah di Sumenep juga tengah mengalami kekeringan.

“Mengapa kekeringan ini terjadi? Karena sekarang ini kita sudah menjadi tukang tebang. Bukan tukang tanam. Padahal para leluhur kita dulu sebaliknya. Banyak menanam daripada menebang,” terangnya.

Ia pun berharap kepada seluruh elemen struktur dan kultur NU untuk bersama-sama menjaga keselamatan lingkungan. Salah satunya dengan menggalakkan penanaman pohon. Ia pun mendorong pengurus NU untuk bersama-sama memasifkan gerakan ini sebagai bentuk menjaga keselamatan lingkungan.

“Makanya salah satu rangkaian Hari Santri 2023 ini ada menanam pohon. Jika ini kita masif lakukan, InsyaAllah akan memberi dampak positif. Pengurus NU misalnya, mulai dari ranting sampai PC, satu orang menanam satu pohon, jumlahnya sekitar 2000. Apalagi jika bisa mengajak keluarga dan koleganya. Tentu sangat luar biasa,” pintanya.

Dirinya juga menyinggung kaitan antara Hari Santri 2023 dengan isu-isu lingkungan, Kiai Pandji lantas menegaskan bahwa kesantrian dan lingkungan adalah dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Baik secara ideologis maupun historis.

“Karena yang rajin menanam itu memang santri, dulunya. Yang dekat dengan lingkungan dan alam itu santri. Juga, kalau lingkungannya rusak, tentu pesantren tutup. Makanya, Hari Santri ini menjadi momen yang tepat untuk bersama-sama menyadari betapa pentingnya menjaga keselamatan lingkungan,” tegasnya.

Sementara itu, Rais PCNU Sumenep, KH Hafidhi Sarbini dalam tausiyahnya menuturkan, bahwa Hari Santri selaras dengan nilai-nilai Islam yang ada dalam Al-Qur’an. Sebab hanya santri yang memiliki kaitan kuat dengan para ulama dan orang-orang alim.

Lebih jauh, lanjut Kiai Hafidhi, Hari Santri menjadi satu kesempatan penting bagi semua pihak untuk merefleksikan entitas kesantrian. Sebagai seorang santri, hendaknya tidak lupa untuk menghormati dan ta’dzik kepada orang-orang alim dan para ulama.

“Hormat dan ta’dzim kita sebagai santri, jangan hanya berlaku kepada mereka yang telah mengajarkan ilmu kepada kita. Tetapi seharusnya kepada semua ulama dan orang-orang alim, wajib kita hormati dan ta’dzimi,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *