Berita

Cerminkan Pancasila, Toleransi Masyarakat Banyuwangi Diapresiasi KSAD

134
×

Cerminkan Pancasila, Toleransi Masyarakat Banyuwangi Diapresiasi KSAD

Sebarkan artikel ini
IMG 20230823 WA0108
KSAD Jendral TNI Dudung Abdurrachman, saat mengunjungi Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. Foto: istimewa

BANYUWANGI, locusjatim.com- Toleransi keberagamaan masyarakat di Desa Patoman, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi mendapatkan apresiasi dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman.

Pasalnya, kampung tersebut menurutnya sangat menggambarkan sila-sila dalam Pancasila di kehidupan nyata.

Desa Patoman yang dikenal sebagai Kampung Pancasila itu, diketahui memang memiliki toleransi yang sangat kuat. Meski berasal dari latar belakang agama dan suku yang berbeda, namun masyarakat di desa ini tetap hidup rukun dan harmonis.

Sekitar 5 ribu penduduk yang menempati desa tersebut, berasal dari suku Osing, Jawa, Madura, dan Bali. Agama mereka pun beragam meliputi Islam, Kristen, Budha, dan Hindu.

“Luar biasa. Di desa ini ada banyak agama tapi bisa hidup rukun. Inilah cerminan sila-sila Pancasila dalam kehidupan nyata,” kata Jenderal Dudung, Rabu (23/08/2023).

Jenderal Dudung mengatakan, keberagaman dan perbedaan menjadi indah jika dibalut dengan kesatuan dan gotong-royong. Ia berharap, kerukunan yang ada di Kampung Pancasila Desa Patoman menjadi contoh daerah-daerah lain di Indonesia.

Republik ini diperjuangkan dan merdeka karena oleh banyak agama, suku, dan golongan, bukan hasil satu golongan saja. Pondasinya negara kita kebhinekaan, tiangnya persatuan, atapnya NKRI. Ini yang bikin negara kita kokoh,” ujar KSAD.

Sementara Bupati Ipuk menjelaskan, Kampung Pancasila adalah desa yang heterogen. Walaupun dihuni oleh warga dari berbagai latar belakang berbeda, masyarakat hidup tenang, damai, dan kondusif.

Warga, kata dia, juga saling membantu saat acara satu keagamaan digelar. Ia mencontohkan, saat warga muslim merayakan Idul Fitri dan menggelar pengajian, umat Hindu turut menjaga keamanan di desa.

“Secara alami, seluruh warga hidup bersama-sama baik dari hal keagamaan, sosial, dan budaya,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *