Berita

Si Jempol Solusi Pemkab Jember untuk Benahi Lahan Pertanian

513
×

Si Jempol Solusi Pemkab Jember untuk Benahi Lahan Pertanian

Sebarkan artikel ini
Pupuk si jempol
Bupati Jember hendy Siswanto dan jajaran Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan (Foto:Rio/locusjatim.com)

LOCUSJATIM.COM, JEMBER – Melalui Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan, Pemkab Jember bantu petani mengatasi kelangkaan pupuk lewat pabrik pupuk organik si Jempol.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura, dan Perkebunan Jember Imam Sudarmaji menjelaskan bahwa Pabrik Pupuk Organik Si Jempol memiliki sejarah perjuangan yang panjang.

“Si jempol merupakan kepanjangan dari Sinergi Jember Pupuk Organik Lengkap. Maknanya adalah ungkapan cita-cita besar Pemkab Jember untuk bersinergi untuk memperoleh pupuk organik supaya menjadi solusi untuk membenahi lahan yang terdegradasi kualitasnya, serta mengatasi kelangkaan pupuk,” ujarnya.

“Saat ini, pupuk si Jempol sudah didistribusikan ke 10 wilayah BPP, tak kurang dari 120 ton yang didistribusikan,” lanjutnya.

Lanjut Imam Sudarmaji, pupuk ini dibagikan secara gratis. Berdasar testimoni sejumlah dari petani, banyak yang memberikan respons positif.

“Peningkatan PH tanah, tanaman lebih kokoh terutama padi, serta relatif toleran terhadap hama dan penyakit,” ulasnya.

Imam Sudarmaji juga mengatakan pupuk tersebut, terbuat dari sampah organik berupa kotoran hewan.

“Dengan memanfaatkan sampah organik berupa kotoran hewan, yang akan berdampak pada edukasi secara tidak langsung kepada masyarakat betapa pentingnya budaya bersih,” ungkapnya.

“Selain itu bahan dasar yang digunakan di dalam pupuk organik si Jempol juga ditambahkan beberapa bahan seperti Dolomit, Zeolit, Biochar dan lain sebagainya,” sambungnya.

Harapannya, Lanjut Imam Sudarmaji, keberadaan pabrik pupuk organik juga memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan. Pabrik si Jempol juga mengajarkan tentang budaya ekonomis, sebab bahan-bahan yang dipakai adalah bahan yang awalnya dianggap sampah dan tak bernilai.

“Harapannya budaya bersih, selain berdampak pada peningkatan kualitas kesehatan ternyata juga bernilai ekonomis,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *