Berita

Gagasan dari Timur: PMII Jatim Tawarkan Jalan Baru Melawan Radikalisme dan Ketimpangan

653
×

Gagasan dari Timur: PMII Jatim Tawarkan Jalan Baru Melawan Radikalisme dan Ketimpangan

Sebarkan artikel ini
Konkorcab XXV PMII Jatim
Maksudi bakal calon Ketua PKC PMII Jawa Timur. Foto: istimewa

Surabaya, locusjatim.com Di tengah derasnya arus radikalisme digital, krisis lingkungan, dan polarisasi sosial, sebuah gagasan segar datang bukan dari pusat kekuasaan, melainkan dari akar rumput gerakan mahasiswa Islam di Jawa Timur. Gagasan itu bernama equilibrium sosial-inklusif, diperkenalkan oleh Maksudi, bakal calon Ketua PKC PMII Jawa Timur dalam Konferensi Koordinator Cabang (Konkorcab) XXV.

Gagasan ini bukan sekadar jargon kampanye. Di baliknya ada kegelisahan mendalam tentang arah gerakan mahasiswa yang dinilai mulai kehilangan relevansi dalam menghadapi zaman yang berubah cepat. “Gerakan mahasiswa tidak bisa lagi hidup dari romantisme masa lalu. Kita butuh orientasi baru yang menjawab tantangan zaman, bukan hanya marah-marah di jalan, tapi juga membangun sistem,” ujar Maksudi, Rabu (28/05/2025).

Equilibrium sosial-inklusif lahir dari tiga keresahan utama: maraknya radikalisme digital di kalangan pelajar, ketimpangan kaderisasi antar kampus keagamaan dan umum, serta minimnya literasi lingkungan dan teknologi dalam basis gerakan. Laporan Bakesbangpol Jatim 2022 menyebut, 37 persen pelajar di provinsi ini sudah terpapar konten radikal dari media sosial.

“Ini darurat. Kita tidak bisa menyerahkan sepenuhnya ke pemerintah. PMII harus jadi firewall ideologis dan kultural,” tegas Maksudi.

Menurutnya, tantangan hari ini membutuhkan gerakan yang bisa menyatukan intelektualitas, aksi nyata, dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan zaman.

Untuk menjawab tantangan itu, PMII Jatim menawarkan tiga pilar strategis dalam kerangka equilibrium: peduli lingkungan hidup, menguatkan toleransi lintas iman, dan mendorong kemandirian ekonomi kader. Ketiganya sudah mulai dijalankan. Di bidang lingkungan, PMII terlibat dalam konservasi mangrove di kawasan Segoro Tambak, Sidoarjo, sejak Januari 2024 sebagai bentuk aksi nyata menghadapi krisis iklim.

Sementara dalam bidang toleransi, PMII Jatim menghidupkan kembali Forum Dialog Lintas Agama yang menyasar hingga ke level desa. Dialog ini disertai pelatihan kader agar mampu menciptakan simpul perdamaian berbasis kultural dan lokal. Di ranah ekonomi, PMII membentuk Inkubator Wirausaha Sosial dan BUMKC sebagai motor penggerak kemandirian kader berbasis ekonomi kreatif dan filantropi digital.

“Kemandirian ekonomi kader itu bukan gaya-gayaan, tapi syarat utama keberlanjutan gerakan,” tegas Maksudi.

PMII Jatim juga membangun platform digital Suara PMII Jatim yang berfungsi sebagai ruang pengawasan kebijakan publik, edukasi digital, dan penguatan literasi politik. Mereka rutin menerbitkan policy paper dan konten edukatif untuk menandingi narasi destruktif di ruang maya.

“Kita sedang menyulam antara nilai Aswaja, nalar kritis, dan kerja nyata,” tuturnya.

Dengan visi itu, PMII Jatim diharapkan mampu menjadi jangkar peradaban di tengah derasnya arus ekstremisme dan apatisme generasi muda.

Maksudi merinci lima misi utama yang menjadi pijakan visi besar ini: kaderisasi holistik, partisipasi kader di sektor strategis, peran ulama dan umara untuk Islam wasathiyah, advokasi kebijakan publik berbasis media kreatif, serta penguatan jejaring ekonomi kader.

“Gagasan besar memang butuh waktu. Tapi setidaknya, kita tidak lagi bergerak tanpa arah. PMII Jatim harus jadi jangkar di tengah arus yang kacau,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *