Sumenep, locusjatim.com – Meski hingga pertengahan Mei 2025 belum ditemukan kasus Flu Singapura di Kabupaten Sumenep, Dinas Kesehatan P2KB setempat mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi penyebaran penyakit tersebut.
Kepala Dinkes P2KB Sumenep Elya Fardasah melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes P2KB Sumenep Achmad Syamsuri, menegaskan bahwa langkah antisipatif tetap harus dilakukan secara aktif.
“Per tanggal 15 Januari, belum ada satu pun kasus Flu Singapura yang ditemukan. Mudah-mudahan tidak sampai terjadi di Sumenep,” ujar Syamsuri saat ditemui di kantornya, Kamis (15/05/2025).
Ia menyebutkan, data itu diperoleh dari pemantauan rutin di 30 puskesmas dan empat rumah sakit utama di wilayah Sumenep. Ketiga rumah sakit tersebut yakni RSUD dr. H. Moh. Anwar, RSI Garam Kalianget, dan RS Sumekar, belum melaporkan adanya pasien dengan gejala khas Flu Singapura.
Meski demikian, Syamsuri menyatakan bahwa kewaspadaan tetap diperlukan mengingat tingginya mobilitas warga yang bepergian ke luar daerah maupun luar negeri.
“Sumenep punya banyak warga yang bepergian untuk urusan dagang, wisata, atau kegiatan lainnya. Kita tidak bisa menutup kemungkinan mereka membawa virus dari luar,” katanya.
Untuk itu, Dinkes P2KB telah menjalin kerja sama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan pihak imigrasi untuk meningkatkan pengawasan.
Flu Singapura atau hand, foot and mouth disease (HFMD) dikenal sebagai penyakit menular yang ditandai dengan demam tinggi, sariawan di mulut, dan ruam merah di tangan serta kaki.
Pada bayi dan balita, gejala bisa lebih berat. Antara lain demam tinggi, hilangnya nafsu makan, luka seperti lepuh pada lidah dan gusi, serta ruam merah di tubuh. Anak-anak biasanya menjadi lebih rewel dan mudah marah akibat ketidaknyamanan tersebut.
“Gejalanya sekilas seperti flu biasa, tapi demamnya tidak kunjung reda. Bahkan bisa muncul ruam seperti campak,” jelas Syamsuri.
Syamsuri menambahkan bahwa kondisi cuaca yang tidak menentu seperti sekarang juga dapat memperburuk daya tahan tubuh. Terlebih, jika dibarengi dengan pola makan dan istirahat yang kurang teratur. Maka dari itu, ia mendorong masyarakat untuk menjaga imunitas dengan konsumsi makanan bergizi dan istirahat yang cukup.
Selain itu, masyarakat diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan jika mengalami demam tinggi yang tidak kunjung sembuh meski telah mengonsumsi obat flu.
“Lebih baik diperiksa lebih awal daripada terlambat. Kalau sudah muncul gejala seperti sariawan, ruam, dan sulit menelan, segera ke faskes terdekat,” imbuhnya.
Pihak Dinkes juga menggencarkan edukasi dan promosi kesehatan bekerja sama dengan bidang promosi kesehatan dan kesehatan masyarakat. “Kita turun ke lapangan untuk sosialisasi. Kita ingin masyarakat paham dan tidak lengah,” jelas Syamsuri.
Menurutnya, salah satu ciri khas Flu Singapura adalah demam disertai bintik-bintik merah yang menyerupai campak. Meski demikian, bercak ini bukan campak, dan terkadang disertai rasa sakit saat menelan.
Lebih lanjut, Syamsuri juga mengingatkan bahwa virus penyebab Flu Singapura bisa berada dalam kondisi dorman dalam tubuh, yakni tidak aktif sementara, namun bisa aktif kembali saat daya tahan tubuh melemah. Oleh karena itu, pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan.
“Kalau sudah seperti ini, jangan tunda untuk periksa,” tutupnya.