Sumenep,locusjatim.com – Di tengah peringatan Hari Lahir ke-65 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Ketua PW GP Ansor Jawa Timur, Musaffa Safril, menyampaikan refleksi yang mendalam tentang perjalanannya bersama organisasi yang pernah membentuk arah hidupnya.
Bukan sekadar nostalgia, namun juga sebuah pengakuan emosional atas peran PMII sebagai rumah awal perjuangan.
“PMII bagi saya adalah rumah pertama. Tempat saya pulang, meski dunia sering berubah rupa. Dari rumah itu, saya belajar berjalan, dengan idealisme di dada, dan keyakinan di kepala,” ungkap Musyafa’, Jumat (18/4/2025), dalam suasana yang kental dengan semangat perjuangan.
Lebih dari sekadar organisasi mahasiswa, PMII dipandangnya sebagai obor kecil di lorong sunyi yang menuntun anak muda menemukan makna hidup.
“PMII adalah jalan sunyi menuju makna, menjadi manusia yang berpikir merdeka dan berjiwa merakyat,” tuturnya, menggambarkan PMII sebagai penempaan mental, bukan hanya intelektual.
Dalam setiap lembar sejarah pergerakan, PMII hadir sebagai ruang pembebasan bagi mahasiswa Islam. Bukan hanya pembebasan dari ketertinggalan, tapi juga dari kemandegan berpikir dan ketakutan bersuara. Bagi Musaffa’, nilai-nilai itu adalah warisan yang terus hidup dalam darah perjuangan para kadernya.
Di momentum istimewa ini, ia mengirimkan doa dan harapan untuk PMII agar terus menjadi lentera dalam kegelapan zaman.
“Teruslah jadi pelita dalam sunyi, penyemai gagasan di tanah yang kering nurani, penjaga cita di tengah derasnya arus zaman,” katanya penuh keyakinan.
Tak lupa, ia menitipkan pesan agar PMII terus menanam nilai-nilai keberanian dan ketajaman berpikir di tengah generasi baru.
“Semoga engkau panen generasi pembaharu yang tak hanya fasih membaca kitab dan realita, tapi juga berani berdiri di tengah luka bangsa,” ujar Musaffa’.
Pernyataan terakhirnya menjadi penutup penuh semangat juang. “Tangan terkepal dan maju ke muka. Mundur satu langkah adalah bentuk penghianatan,” tegasnya, seolah mengingatkan bahwa dalam pergerakan, keraguan bukanlah pilihan.
PMII bukan hanya sejarah, tapi masih menjadi denyut nadi perubahan hingga hari ini. Dan bagi Musaffa Safril, rumah itu akan selalu ia jaga, tempat ia kembali, dan tempat ia membangun mimpi bagi Indonesia yang lebih adil dan manusiawi.