Berita

Tanpa Sekat, Gus Fawait Open House di Pendopo Buka Pintu Lebar Silaturahmi dengan Warga Jember

55
×

Tanpa Sekat, Gus Fawait Open House di Pendopo Buka Pintu Lebar Silaturahmi dengan Warga Jember

Sebarkan artikel ini
Open house
Bupati Jember, Muhammad Fawait, bersama istri, Ning Gyta, bersalaman dengan warga di acara open house dan halal bihalal di Pendopo Wahyawibawagraha. Foto: Istimewa

Jember,locusjatim.com Pendopo Wahyawibawagraha Jember benar-benar terasa terbuka tanpa sekat, Selasa (8/4/2025). Dalam momentum Idulfitri 1446 H yang masih hangat, Bupati Jember Muhammad Fawait menggelar open house yang disambut antusias oleh ribuan warga.

Tak hanya menjadi ajang halal bihalal, kegiatan tersebut, juga menjadi wujud nyata kedekatan seorang pemimpin dengan rakyatnya.

Sejak pagi, warga dari berbagai penjuru Jember berbondong-bondong datang ke pendopo. Mereka mengantre tertib untuk bisa bersalaman langsung dengan Bupati yang akrab disapa Gus Fawait dan istri, Ning Gyta.

Bukan sekadar simbolis, keterbukaan tersebut, merupakan salah sagu cerminan kepemimpinan inklusif yang dibangun Gus Fawait sejak awal menjabat.

Wakil Ketua Tim Pengarah Percepatan Pembangunan Daerah (TP3D), Dima Akhyar, menyebut bahwa Gus Fawait ingin meruntuhkan batas antara pemerintah dan masyarakat.

“Pendopo ini milik rakyat. Dan hari ini, rakyat benar-benar dipersilakan masuk tanpa batas,” ujarnya.

Tak hanya silaturahmi, open house juga menjadi ruang mendengar. Banyak warga memanfaatkan momen ini untuk menyampaikan harapan, keluhan, bahkan ide-ide pembangunan secara langsung. Beberapa di antaranya diterima dengan tangan terbuka oleh sang bupati, yang dikenal dengan program “Wadul Guse” sebagai kanal aspirasi terbuka.

Langkah tersebut, dianggap sebagai terobosan, mengingat selama ini rumah dinas kepala daerah sering kali terasa jauh dari jangkauan masyarakat.

“Biasanya, rumah bupati hanya bisa dilihat dari luar pagar. Sekarang saya bisa masuk, duduk, dan ngobrol dengan pemimpinnya langsung. Ini baru pemimpin yang merakyat,” ujar Hasan, warga Kecamatan Sukorambi.

Dima menambahkan, keterbukaan seperti ini tidak akan berhenti di momen Lebaran saja. Pendopo Wahyawibawagraha akan terus dijadikan ruang publik, tempat rakyat bisa datang, berdialog, dan merasa memiliki.

“Insyaallah ke depan, pendopo akan jadi tempat rakyat menyampaikan aspirasi secara langsung. Tidak ada lagi sekat antara penguasa dan yang dikuasai,” pungkasnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *