SUMENEP, locosjatim.com – PAUD H.I El Fath jadi lembaga perdana di Kabupaten Sumenep yang menerapkan konsep Holistic Integratif pada metode pembelajarannya.
Konsep ini dipilih karena mampu menjawab keinginan sekolah untuk memenuhi enam kebutuhan dasar anak yang meliputi pendidikan, kesehatan, perawatan gizi, pengasuhan, perlindungan anak untuk pisikis dan fisik serta kesejahteraan anak.
Konsep Holistik Integratif ini juga telah tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 60 tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif yang berfokus pada penanganan anak usia dini secara utuh (menyeluruh) yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah dan pusat.
Direktur PAUD H.I El-Fath, Nurul Hidayati mengatakan, untuk menerjemahkan konsep tersebut diperlukan berbagai macam program yang mendukung pertumbuhan anak mulai dari pendidikan, kesehatan, gizi, kenyamanan dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, program-program tersebut juga dirancang agar proses belajar mengajar tetap membuat anak nyaman dan bahagia.
“PAUD itu harusnya dikembangkan tidak hanya melayani pendidikan seperti pada umumnya, tapi sekolah itu harus punya intervensi juga pada kebutuhan anak yang lain,” ungkapnya.
Salah satu program yang telah dilakukan adalah belajar outdoor dengan mengadakan kelas di luar sekolah.
Tempat-tempat yang dipilih untuk kelas outdoor ini pun beragam, mulai dari sawah, taman, museum hingga rumah para murid sesuai dengan materi yang ingin dipelajari.
Selain itu, PAUD H.I El Fath saat ini juga sedang menggodok program Literasi untuk anak usia dini.
“Saat ini yang kita godok itu adalah kemampuan literasi anak, karena dimana literasi anak-anak Indonesia itu rendah. Bukan yang ngga bisa baca ya, tapi memaknai apa yang dia baca itu, mengolah informasi yang dia dapat dari membaca atau melihat, atau mendengar itu yang kurang terstimulasi sejak dini,” jelasnya.
Lewat program ini, pihaknya berharap setiap anak akan melalui tahapan-tahapan yang sesuai untuk menstimulus mereka sebelum berkenalan secara langsung dengan bacaan.
Langkah pertama adalah dengan pembiasaan baik terhadap angka, huruf warna dan lain sebagainya.
Pertama, Pembiasaan Terhadap Angka
Pada tahap ini, setiap anak datang ke sekolah mereka akan mengambil satu kertas yang bertuliskan angka.
Angka itu kemudian digunakan untuk keperluan lain, seperti meletakan tas di loker dan sepatu di rak.
“Ketika anak datang, ia mengambil nomor, dia menaruh tas dan sepatu di nomor yang sesuai. Itu akan membiasakan anak terhadap angka,” tambahnya.
Kedua, Pembiasan Explorasi Perasaan
Pada pembiasaan ini, setiap hari anak diberikan pertanyaan tentang perasaan mereka selama di sekolah.
Lalu, anak-anak diminta untuk menyesuaikan apa yang mereka rasakan dengan gambar emotikon yang telah disiapkan oleh guru.
Hal ini, menurut Nurul penting dilakukan, sebab anak usia tiga tahun masih belum mengerti visualisasi dari apa yang mereka rasakan.
“Anak tiga tahun itu kalau belum tahu visualisasi perasaanya dengan gambar itu, misalnya senang yang ditunjuk itu nangis, ini kan belum matching, ini yang kita biasakan,” paparnya.
Melalui pembiasaan-pembiasaan ini, pihaknya percaya anak akan mampu memaknai apa yang mereka baca, lihat maupun dengar sehingga kemampuan literasi itu pun secara alami terstimulus dalam diri mereka.
Ketiga, Program Literasi Kecintaan Pada Buku
Pada program ini, setiap minggunya anak-anak akan melakukan kunjungan ke perpustakaan setempat.
Setelah itu, anak-anak diminta untuk menceritakan kembali pengalaman mereka selama berkunjung di sana.
“Dia dibiasakan menceritakan kembali apa yang dia lihat, apa yang dia dengar, serta ide-ide yang dia visualisasikan dalam bermain,” tuturnya.
Untuk mendukung hal tersebut orang tua juga diminta turut berpartisipasi baik di sekolah dengan cara bergiliran bercerita di depan kelas maupun di rumah dengan menyediakan pojok buku untuk perpustakaan pribadi.
“Jadi bundanya itu bercerita bergiliran, akhirnya kan mau gak mau orang tua terlibat,” ujarnya.
Semua program tersebut merupakan bagian dari konsep Holistic Integratif yang digunakan PAUD H.I El Fath.
Penggunaan konsep ini juga perlu dukungan dari banyak pihak, oleh sebab itu pihak sekolah mengajak para orang tua untuk bekerja sama menyukseskan program tersebut.
“Program kita banyak dan bukan hanya pendidikan kita harus memenuhi enam kebutuhan dasar anak. Kalo hanya sekolah tidak akan bisa. Jadi kita perlu gotong royong dan gotong royong paling kuat dan paling dekat itu orang tua,” ungkapnya.
Demi keselarasan pola pikir, setiap tahun ajaran baru PAUD H.I El Fath akan mengadakan sosialisasi kepada para orang tua tentang program belajar mengajar selama satu tahun.
Kemudian, setiap dua bulan diadakan Bina Keluarga Batita (BKB) yakni pertemuan rutin wali murid.
Lewat BKB ini guru dan para orang tua bisa saling bertukar pengetahuan dan pengalaman yang berguna untuk pendidikan anak di PAUD H.I El Fath.
“Per dua bulan ada BKB untuk sosialisasi peran orang tua serta saling berbagi ilmu, dari kita untuk kita,” pungkasnya.