Berita

Sebut PKI Saat Orasi, Sejumlah Kiai di Jember Desak Gus Fawait Klarifikasi

857
×

Sebut PKI Saat Orasi, Sejumlah Kiai di Jember Desak Gus Fawait Klarifikasi

Sebarkan artikel ini
Jember
Tangkapan Layar Video Pidato Gus Fawait.

LOCUSJATIM.COM, JEMBER – Beredar vidio Calon Bupati (Cabup) no urut 2 Muhammad Fawaid (Gus Fawait) yang menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam sebuah orasi pada saat malam refleksi hari santri.

Menurut salah satu ulama di Jember KH. Achmad Nasihin, penyebutan PKI dalam pidato tersebut, tak seharusnya diucapkan oleh salah satu paslon Pilkada 2024, mengingat paslon merupakan salah satu perhatian bagi masyarakat.

“Salah satu contoh saja, cirinya orang baik itu, satu saja dari dawahnya, perkataannya harus bagus-bagus, apalagi calon Bupati, karena calon-calon Bupati itu menjadi perhatian utama masyarakatnya. Sehingga caranya menyampaikan kata-kata, berfatwa itu harus ekstra hati-hati,” ujarnya saat dikonfirmasi sejumlah wartawan, Selasa (05/11/2024).

“Karena didengar orang banyak, diperhatikan orang banyak, yang dikhawatirkan nanti ada penafsiran yang tidak sama. Maksud yang ngomong itu, A ditafsiri B, ditafsiri C, sehingga harus hati-hati,” sambungnya.

Kiai yang merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikmah juga mengatakan, hal tersebut, nantinya akan membuat Pilkada Jember 2024 tidak kondusif.

“Nah, bagi saya memang itu sangat rawan sekali, karena begitu tokoh itu disinggunglah nama baiknya, maka pecinta terhadap tokoh itu akan marah. Sama dengan kita, saya senang pada kiai A, lalu kiai A dicaci maki sama orang, marah saya kok kiai saya dicaci maki, apalagi kiai saya tidak salah. Nah itu jangan harus hati-hati,” ulasnya.

“Bahkan mencaci maki pun, sebenarnya tidak boleh dilakukan, yang lebih marah lagi Allah sebagai penciptanya. Ini ciptaanku kok malah dicaci maki,” sambungnya.

Menurut KH. Achmad Nasihin, calon pemimpin yang baik seharusnya memiliki perkataan yang baik, pikiran yang jernih dan mampu mendinginkan suasana.

“Ya harus yang baik dan benar, berkompetisi dengan baik dan benar, berpikir yang jernih, tidak emosi, kemudian berkata-kata yang baik, menyampaikan yang baik, sejuk, yang mendinginkan suasana, sehingga masyarakat simpati,” ungkapnya.

“Tidak justru memanaskan, kalau memanaskan malah masyarakat menjadi, oh ini kok begini calon pemimpin. Tapi kalau sejuk bisa dipilih oleh masyarakat,” sambungnya.

Maka harapannya, lanjut KH. Achmad Nasihin, masyarakat Indonesia juga turut serta dalam mensukseskan Pilkada serentak 2024.

“Pilkada serentak ini kan seluruh Indonesia. Jadi harapan saya kepada rakyat Indonesia. hendaknya semua menggunakan hak pilihnya untuk mensukseskan pilkada serentak dan sekaligus memilih pemimpin,” ujarnya.

“Karena pemimpin itu penting sekali, kalau pemimpin itu baik, insyaAllah akan membawa kepada kebaikan. Maka masyarakat itu harus cerdas, cerdas memilih dan memilah mana pemimpin yang baik dan membawa kepada kebaikan,” sambungnya.

Sementara itu, Pengasuh Ponpes Mambaul Ulum 2 KH. Farid Mujib juga mengecam ucapan Gus Fawait tersebut, bahkan dirinya meminta Bawaslu Jember untuk mengusut tuntas ungkapan soal organisasi terlarang yang dinilai meresahkan tersebut.

“Menurut saya itu keterlaluan, contoh perbandingannya terlalu naif. Karena tidak ada yang menghambat pencalonannya. Buktinya Gus Fawait ya bisa nyalon (Cabup). Karena dampaknya masyarakat gelisah juga resah. Apalagi kami (kalangan) santri mengecam hal itu. Kami mengecam dan sangat mendukung atas laporan itu ke Bawaslu dan Kepolisian. Biar tidak asal bersuara juga harus diusut sampai tuntas,” ujarnya.

“Kalaupun merasa ada fitnah, atau intimidasi ya tinggal laporkan saja. Buat apa dibanding-bandingkan dengan PKI. Apalagi ada akun (mengunggah info) Haji Hendy dan Gus Firjaun PKI. Janganlah menyakiti. Terlebih sosok Gus Firjaun (juga) ulama dan kiai,” sambungnya.

Pria yang akrab disapa Ra Farid tersebut, juga meminta kepada Cubup no urut 02, untuk melakukan klarifikasi.

“Statement Gus Fawaid (saat pidato orasi) itu arahnya kemana. Harus jelas itu jangan malah meresahkan. Kalau tidak diindahkan oleh Bawaslu maupun kepolisian. Saya mengancam akan melakukan demo (unjuk rasa). Karena sejujurnya masyarakat jadi geram dengan ungkapan Fawait,” ulasnya.

“Kalau dia bisu (tidak memberikan klarifikasi), berarti dia merasa salah. Tanyakan itu ke Gus Fawait, apa maksudnya memberikan statement membandingkan santri menjadi penguasa (Kepala Daerah) dengan PKI. Tidak ada (kaitannya) itu,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *