BeritaHeadline

Miris dengan Penurunan Karakter Anak, Peserta P2M UNIA Prenduan Gelar Penyuluhan Pendidikan Anti Kekerasan

1343
×

Miris dengan Penurunan Karakter Anak, Peserta P2M UNIA Prenduan Gelar Penyuluhan Pendidikan Anti Kekerasan

Sebarkan artikel ini
UNIA
P2M Universitas Al-Amien (UNIA) Prenduan kelompok 4.

LOCUSJATIM.COM, SUMENEP – Miris dengan penurunan karakter anak di era modern, peserta Praktek Pengabdian pada Masyarakat (P2M) Universitas Al-Amien (UNIA) Prenduan kelompok 4 menggelar penyuluhan “Pendidikan Anti Kekerasan pada Anak” di Desa Lobuk, Kecamatan Bluto, Kabupaten Sumenep, Selasa (24/09/2024).

Salah satu peserta P2M, Ifa Lira Safrina mengatakan, pemilihan tersebut tak lepas dari perkembangan cara mendidik anak seiring berjalannya waktu.

“Berbeda dengan masa lalu, cara mendidik anak saat ini tidak bisa disamakan, terutama terkait dengan kekerasan, baik verbal maupun nonverbal yang dapat meninggalkan bekas psikologis pada anak dan mempengaruhi perkembangan karakter mereka di masa depan,” ungkapnya.

Selain itu, penyuluhan tersebut juga bagian dari kontribusi UNIA Prenduan dalam mengedukasi khalayak ramai, yang merupakan poin dari Tri Dharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat.

Untuk itu pihaknya menghadirkan Kepala Prodi (Kaprodi) Pendidikan Islam Anak Usia DIni (PIAUD) Fakultas Tarbiyah UNIA Prenduan Syamisyah Arif Saputri sebagai narasumber dalam penyuluhan tersebut.

Syamsiyah Arif Saputri dalam penyuluhannya menjelaskan usia 1-5 tahun merupakan masa emas atau Golden Age pada anak, sehingga stimulan yang diberikan harus benar-benar diperhatikan, sebab di waktu ini bayi bisa belajar banyak hal baru yang berpengaruh pada pembentukan karakternya.

“Banyak yang mengatakan bahwa anak ibarat selembar kertas putih, tetapi menurut saya anak lebih seperti cawan. orang tua memiliki kebebasan untuk mengisi cawan tersebut dengan hal-hal baik atau buruk dan masa-masa awal kehidupan anak sangat tergantung pada peran orang tua,” jelasnya.

Perempuan yang akrab disapa Miss Ike itu menambahkan, perilaku anak merupakan hasil dari rekaman tingkah laku orang tua yang ia tiru sejak usia dini, sehingga kekerasan dalam mendidik buah hati harus benar-benar di hadiri.

Oleh sebab itu, dirinya memberikan tips bagi orang tua untuk menghindari kekerasan dalam mendidik anak yang bisa dipraktekkan di keluarga masing-masing.

Pertama, teknik relaksasi nafas dengan rumus 4-4-4: menarik napas selama 4 detik, menahannya selama 4 detik, lalu menghembuskannya selama 4 detik. Teknik ini membantu menenangkan emosi saat orang tua merasa marah.

Kedua, ia menyarankan untuk menerapkan komunikasi asertif, yaitu cara berkomunikasi yang memungkinkan seseorang mengekspresikan perasaan dan keinginan secara tegas, tetapi tetap dengan cara yang sopan dan penuh pengertian.

Senada dengan Miss Ike, Kepala Desa Lobuk Moh. Saleh dalam sambutannya juga mengingatkan kepada masyarakat, bahwa perilaku orang tua merupakan contoh pertama anak-anaknya, sehingga perlu dijaga sejak mereka masih kecil, sebab hal tersebut memang berpengaruh pada perkembangan kepribadian buah hati.

“Apa yang dilakukan orang tua akan berbekas pada anak, maka kita harus berhati-hati dalam berperilaku, khususnya saat berhadapan dengan anak-anak. Segala tindakan pasti memiliki niat baik, tetapi mari kita sampaikan dengan cara yang lebih bijak,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *