Sumenep,locusjatim.com – Upaya Pemerintah Kabupaten Sumenep dalam memberantas penyakit tuberkulosis (TBC) kini tidak hanya berfokus pada pengobatan medis semata. Dinas Kesehatan P2KB Sumenep memperkuat pendampingan pasien melalui program Penanggung Jawab Minum Obat (PMO) yang melibatkan kader kesehatan dan anggota keluarga pasien secara langsung.
Kebijakan ini digencarkan menyusul masih ditemukannya penderita TBC yang berhenti minum obat sebelum masa pengobatan tuntas. Padahal, kebiasaan tersebut berisiko besar memunculkan resistensi obat dan memperparah kondisi pasien.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, menjelaskan bahwa durasi pengobatan TBC umumnya berlangsung selama enam bulan. Namun, pasien yang putus berobat tidak bisa melanjutkan terapi begitu saja, melainkan harus mengulang proses dari awal setelah menjalani pemeriksaan ulang.
“Kalau mereka berhenti di tengah jalan, pengobatannya tidak bisa langsung dilanjutkan. Harus diulang lagi dari awal setelah diperiksa,” terang Syamsuri, Kamis (13/11/2025).
Ia menambahkan, bagi pasien yang sudah mengalami TBC resistan obat, masa pengobatan bisa menjadi lebih panjang, bahkan mencapai sembilan bulan atau lebih, dengan kombinasi obat yang berbeda dan dosis yang lebih kuat.
“Kalau sudah masuk kategori TBC resistan obat, pengobatannya lebih berat dan lama,” jelasnya.
Untuk memastikan pasien tetap disiplin minum obat, Dinkes Sumenep menugaskan PMO yang berasal dari kalangan keluarga pasien atau kader posyandu di wilayah masing-masing. Para pendamping ini bertugas memantau kepatuhan pasien setiap hari dan melaporkan perkembangan kesehatan ke petugas puskesmas.
“Kalau keluarga tidak sanggup, biasanya kader yang kita tunjuk sebagai PMO,” ujarnya.
Program ini dijalankan secara gratis melalui kerja sama dengan Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA). Selain pendampingan, pasien juga mendapat obat dan pemeriksaan tanpa biaya.
Lebih jauh, Syamsuri menekankan bahwa kedisiplinan minum obat merupakan kunci utama kesembuhan penderita TBC sekaligus langkah penting untuk menekan risiko penularan di masyarakat.
Dengan pendekatan kolaboratif antara petugas kesehatan, kader, dan keluarga, Dinas Kesehatan Sumenep berharap kasus TBC di daerah tersebut dapat terus ditekan hingga angka kesembuhan meningkat secara signifikan.
“Konsistensi minum obat menentukan kesembuhan dan mencegah penularan ke masyarakat,” tandasnya.(*)












