Berita

Gempur TBC dari Rumah ke Rumah, Banyuwangi Libatkan 11 Ribu Kader Posyandu

1199
×

Gempur TBC dari Rumah ke Rumah, Banyuwangi Libatkan 11 Ribu Kader Posyandu

Sebarkan artikel ini
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengecek skrining tuberculosis (TBC) di Puskesmas Mojopanggung
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengecek skrining tuberculosis (TBC) di Puskesmas Mojopanggung. Foto: Istimewa

Banyuwangi, locusjatim.com Pemerintah Kabupaten Banyuwangi terus menunjukkan komitmennya dalam menekan angka penyebaran tuberkulosis (TBC). Melalui langkah masif dan kolaboratif, Banyuwangi menggelar skrining serentak di 25 puskesmas sekaligus melibatkan 11.684 kader posyandu untuk turun langsung ke masyarakat, melakukan deteksi dini dari rumah ke rumah.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, menyebut pendekatan aktif ini dilakukan agar penanganan TBC bisa lebih cepat dan rantai penularannya segera terputus.

“Dengan deteksi dini, kasus TBC bisa segera ditangani sehingga risiko penularan dapat ditekan,” ujar Ipuk saat meninjau kegiatan skrining di Puskesmas Mojopanggung, Kecamatan Giri, Rabu (12/11/2025).

Selain pengobatan, Ipuk juga menekankan pentingnya upaya pencegahan dari sisi perilaku dan lingkungan. Menurutnya, menjaga pola hidup sehat menjadi benteng pertama melawan TBC.

“Menjaga gizi, pola hidup sehat, mengurangi kebiasaan merokok, serta memperhatikan sanitasi lingkungan adalah tanggung jawab bersama,” tambahnya.

Langkah Banyuwangi dalam penanganan TBC ini juga disinergikan dengan program Belanja Cantik 11 November (11/11). Dalam momentum Hari Kesehatan Nasional, Pemkab memberikan bantuan sembako bagi pasien TBC dari keluarga pra sejahtera, sekaligus mendorong ASN dan masyarakat berbelanja di warung rakyat terdekat.

“Khusus bulan ini, bantuan kami salurkan kepada pasien TBC dan keluarga pra sejahtera. Jadi tidak hanya anak stunting yang menjadi sasaran, tapi juga masyarakat yang membutuhkan perhatian,” jelas Ipuk.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat mengungkapkan pihaknya juga menangani aspek sanitasi di lingkungan pasien.

“Banyak rumah yang sirkulasi udaranya kurang baik, sehingga kami bantu dengan genteng kaca agar sinar matahari bisa masuk. Kami juga lakukan edukasi agar anggota keluarga tidak ikut tertular,” tuturnya.

Amir menjelaskan, ribuan kader posyandu yang diterjunkan tidak hanya melakukan pelacakan kasus, tetapi juga berperan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) bagi pasien TBC. Mereka memastikan pasien menjalani pengobatan secara rutin dan tuntas.

“Kalau ada yang positif, langsung mendapat pengobatan di puskesmas. Sedangkan yang kontak erat tapi belum bergejala, kami berikan terapi pencegahan TBC (TPT),” katanya.

Berkat kerja sistematis ini, Banyuwangi belum mencatat adanya kasus kematian akibat TBC. Dinas Kesehatan juga memastikan setiap rumah tangga pasien berada dalam kondisi sehat dengan pencahayaan cukup, sirkulasi udara lancar, dan akses pengobatan mudah.

Untuk kasus yang lebih berat, RSUD Blambangan telah menyiapkan dokter dan ruang perawatan khusus bagi pasien tuberkulosis resisten obat (TB MDR).

Salah satu pasien TBC, Suhaimi (57), warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, mengaku merasakan langsung perhatian pemerintah dalam proses pengobatannya.

“Semua pengobatan gratis, dari puskesmas sampai rumah sakit tidak bayar sepeser pun. Petugas juga rutin datang ke rumah untuk memantau kondisi saya,” tutupnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *