Sumenep, locusjatim.com – Pemulihan psikis korban kekerasan menjadi sorotan utama dalam kegiatan sosialisasi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak yang digelar Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Sumenep. Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Sumenep hadir dengan menekankan pentingnya pendampingan berkelanjutan bagi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan.
Kegiatan yang berlangsung sejak 16–25 September 2025 itu digelar di sejumlah titik, mulai Kecamatan Batuputih, Dasuk, Pasongsongan, Pragaan, Manding, hingga Aula Dinsos P3A Sumenep. Dalam kesempatan tersebut, HIMPSI Sumenep membawakan materi khusus tentang “Dampak Psikis Kekerasan Terhadap Korban”.
Sejumlah praktisi psikologi dilibatkan, di antaranya Hielma Hasanah, M.Psi., Psikolog; Tamimah Arief, S.Psi., MA.; Izzah Ramadhani Astisya, M.Psi., Psikolog; serta Nuzulul Khair, S.Psi., MA. Mereka menegaskan bahwa kekerasan, baik fisik maupun verbal, dapat meninggalkan trauma panjang yang membebani korban, bahkan hingga dewasa.
Trauma itu, menurut para psikolog, berpotensi mengganggu perkembangan mental, mengikis rasa percaya diri, hingga merusak kemampuan korban dalam membangun hubungan sosial yang sehat. Karena itu, pemulihan psikis tidak boleh diabaikan dalam penanganan kasus kekerasan.
Ketua HIMPSI Sumenep, Dr. Zamzami Sabiq, M.Psi., menegaskan bahwa keterlibatan HIMPSI dalam sosialisasi ini merupakan bentuk sinergi nyata antara pemerintah daerah dan tenaga profesional psikologi. Tujuannya untuk memastikan korban kekerasan mendapat perlindungan sekaligus pemulihan menyeluruh.
“Kekerasan bukan hanya soal luka fisik, tetapi juga meninggalkan luka batin yang jauh lebih sulit disembuhkan. HIMPSI Sumenep berkomitmen untuk terus memberikan edukasi serta pendampingan psikologis bagi korban agar mereka bisa pulih dan kembali memiliki kualitas hidup yang baik,” ungkap Dr. Zamzami.
Ia menambahkan, penanganan psikis korban kekerasan harus dilakukan secara berlapis, mulai dari konseling, terapi psikologis, hingga dukungan penuh dari lingkungan sosial terdekat. Masyarakat juga diharapkan lebih peka serta berhenti menormalisasi tindak kekerasan dalam bentuk apa pun.
Sosialisasi ini pun mendapat respon positif dari warga di berbagai kecamatan. Banyak peserta mengaku terbuka wawasannya setelah mendapat pemahaman langsung dari para psikolog mengenai kompleksitas dampak kekerasan.
Melalui kegiatan ini, HIMPSI Sumenep berharap tumbuh kesadaran bersama untuk tidak hanya mencegah, tetapi juga mengawal proses pemulihan psikis korban agar dapat kembali menata hidup dengan penuh percaya diri.
“Harapan kami, masyarakat semakin peka dan tidak menormalisasi kekerasan dalam bentuk apapun,” tutupnya.(*)












