Berita

HMI Pamekasan Geruduk Mapolres, Bakar Ban dan Tuntut Keadilan atas Tewasnya Driver Ojol

1130
×

HMI Pamekasan Geruduk Mapolres, Bakar Ban dan Tuntut Keadilan atas Tewasnya Driver Ojol

Sebarkan artikel ini
Massa Saat Membakar Ban di depan Mako Polres Pamekasan Sebagai Bentuk Kekecewaan. Foto: Istimewa

Pamekasan, locusjatim.com – Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan menggelar aksi demonstrasi di depan Mako Polres Pamekasan, Sabtu (30/8/2025) sore.

Aksi ini digelar sebagai bentuk solidaritas atas tewasnya seorang driver ojek online (ojol) di Jakarta yang diduga akibat tindakan represif aparat kepolisian.

Massa aksi memulai pergerakan dari Monumen Arek Lancor dengan long march menuju Mapolres Pamekasan. Sepanjang jalan, mereka mengumandangkan takbir, menyanyikan yel-yel perjuangan, dan membawa poster bertuliskan kecaman terhadap tindakan represif aparat.

Setibanya di Mapolres, massa disambut langsung Kapolres Pamekasan, AKBP Hendra Eko Triyulianto. Namun, tensi meningkat ketika Kapolres enggan menandatangani pernyataan sikap mahasiswa. Keputusan itu memicu kekecewaan dan kemarahan demonstran.

Situasi pun memanas. Massa kemudian membakar ban bekas dan memblokade jalan raya di depan Mapolres. Bahkan sempat terjadi aksi saling dorong antara mahasiswa dan aparat kepolisian ketika massa mencoba membawa ban ke dalam halaman kantor polisi.

Meski begitu, Kapolres Pamekasan tetap berusaha menenangkan massa. Dalam keterangannya, ia menegaskan Polri turut berduka atas tragedi kematian driver ojol tersebut.

“Polres Pamekasan turut berduka cita. Kami pastikan kasus ini akan diproses secara terbuka dan sesuai hukum yang berlaku,” tegas AKBP Hendra.

Sementara itu, Ketua Umum HMI Cabang Pamekasan, Subhal Jamil, dalam orasinya menyebut peristiwa tewasnya driver ojol sebagai pengkhianatan terhadap demokrasi dan kemanusiaan.

“Tindakan melindas driver ojol tidak hanya mencederai rasa kemanusiaan, tetapi juga mengkhianati prinsip demokrasi. Jika nyawa rakyat jadi taruhan hanya karena menyampaikan aspirasi, apakah negara ini masih berdiri di atas fondasi keadilan?” seru Subhal lantang.

Ia juga menyoroti kondisi bangsa yang menurutnya sedang dilanda krisis multidimensi.

“Kita menghadapi krisis ekonomi yang menekan rakyat kecil, krisis politik yang menumbuhkan ketidakpercayaan pada pemimpin, hingga krisis moral yang merusak tatanan kekuasaan,” tambahnya.

Dalam aksi tersebut, HMI Pamekasan menyampaikan tiga tuntutan utama:

1. Mendesak kepolisian untuk menyampaikan permintaan maaf dan menghentikan praktik kekerasan terhadap warga sipil.

2. Mendesak Kapolres Pamekasan untuk meneruskan aspirasi agar Kapolri dan Kapolda Metro Jaya dicopot dari jabatannya.

3. Menuntut transparansi proses hukum terhadap tujuh aparat kepolisian yang diduga terlibat dalam kasus kematian driver ojol.

Subhal menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mundur dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.

“Negara tidak boleh hanya jadi simbol kekuasaan. Negara harus hadir melindungi rakyatnya. Kami akan terus berada di garis depan perjuangan rakyat demi tegaknya demokrasi dan keadilan sosial,” tegasnya.

Aksi yang berlangsung hingga malam hari itu membuat arus lalu lintas di sekitar Mapolres Pamekasan sempat lumpuh. Aparat kepolisian tetap berjaga ketat untuk mengantisipasi situasi yang lebih buruk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *