Entertainment

Kritik Sistem Pemerintahan, Tere Liye Hadirkan Sosok Perompak Sebagai Tokoh Utama

129
×

Kritik Sistem Pemerintahan, Tere Liye Hadirkan Sosok Perompak Sebagai Tokoh Utama

Sebarkan artikel ini
20231006 173258 0000 1
Novel Yang Telah Lama Pergi karya Tere Liye (Foto: Rezki/locusjatim.com)

NASIONAL, locusjatim.com – Tere Liye penulis yang vokal pada banyak isu di tanah air memberi kritik halus terkait sistem pemerintahan lewat novel terbarunya “Yang Telah Lama Pergi”.

Di novel ini Tere Liye menghadirkan sosok perompak dengan dendam masa lalu yang membuatnya ingin menggulingkan kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di dunia, Kerajaan Sriwijaya.

Di sini, Tere Liye menyebut Kerajaan Sriwijaya memiliki pemerintahan yang boborok, kelakuan pejabatnya tak pantas ditiru, korup di mana-mana, memperkaya diri sendiri, nepotisme dan banyak hal semena-mena lain yang berujung pada kesengsaraan rakyat bertahun-tahun lamanya.

Perompak yang sering dilibeli sebagai antagonis, orang jahat dalam banyak cerita ini justru dihadirkan Tere Liye sebagai sosok pahlawan yang tidak sembarangan menyakiti rakyat biasa. Meski semua tindakan itu berawal dari misi balas dendam semata.

Kendati demikian, Tere Liye menegaskan bahwa hal y ang dianggap buruk, kadang juga punya sisi positif yang memiliki nilai lebih dalam hidup dan berkehidupan.

Sekilas novel kolosal ini memiliki alur yang menarik, diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga, menyegarkan kembali tentang sejarah runtuhnya kerjaaan Sriwijaya, pertempuran-pertempuran di atas laut dengan ratusan kapal, hingga dentuman meriam yang tak absen menegangkan suasana.

Hal itu membuat cerita bergulir indah hingga akhir, membuat pembaca melihat lebih jauh nilai-nilai tak terlihat, norma-norma dasar kehidupan yang hari-hari ini samakin samar hadir, baik di masyarakat maupun pemerintahan.

Dilansir dari laman Instagram resminya, Tere Liye mengaku telah melakukan riset selama tujuh tahun untuk menuliskan cerita ini.

“Inilah novel ‘Sejarah’ Tere Liye ttg (red: Tentang) kerajaan Sriwijaya. Setelah riset 7 tahun. Mengumpulkan catatan2, mencari benang merah melakukan perjalanan, dll, dsbgnya,” tulisnya, Selasa (27/12/2022).

Maski begitu, Tere Liye tetap mengingatkan setiap pembaca, bahwa karyanya hanya fiksi belaka tentang sejarah runtuhnya kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di Indonesia.

“Tanang, ini bukan buku teks sejarah. Ini kisah kolosal balas dendam. Ribuan kapal berperang di lautan. Strategi terbaik menaklukan musuh. Intrik2. Termasuk raja boneka, Perdana Mentri dan pejabat2 kerajaan korup. Novel ini ditulis seperti ‘film-film’ kolosal. Bahkan boleh jadi, kalian tidak menyadari jika ini buku sejarah, dan saat tiba di halaman terakhir, kalian malah berpikir: ‘Inilah kisah nyata hari ini’.” dalam unggahan Instagram @tereliyewriter, Rabu, (31/05/2023).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *