BeritaHeadline

Bupati Sumenep Dorong Tradisi Jamasan Keris Masuk Kalender Internasional: Regenerasi dan Digitalisasi Jadi Fokus

1023
×

Bupati Sumenep Dorong Tradisi Jamasan Keris Masuk Kalender Internasional: Regenerasi dan Digitalisasi Jadi Fokus

Sebarkan artikel ini
Jamasan keris
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo saat hadir di acara jamasan keris di desa aeng tong-tong. Foto: Rifki/locusjatim com

Sumenep, locusjatim.com Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyampaikan komitmennya untuk mendorong tradisi Jamasan Keris agar tidak hanya menjadi tontonan tahunan, tetapi juga tercatat dalam kalender budaya internasional. Hal ini disampaikan dalam kegiatan Jamasan Keris yang digelar di Desa Aeng Tong-Tong, Rabu (02/07/2025).

“Tahun ini kami tidak hanya melaksanakan jamasan seperti biasa, tapi juga menghadirkan pemaparan sejarah panjang keris, termasuk masa ketika keris pernah dilarang dibawa oleh pemiliknya,” ujar Bupati Fauzi.

Menurutnya, konsistensi pelaksanaan Jamasan Keris selama lebih dari tiga tahun terakhir menjadi modal penting untuk mengusulkan tradisi ini ke Kementerian Kebudayaan agar masuk dalam kalender internasional. Ia mencontohkan keberhasilan Desa Aeng Tong-Tong yang sebelumnya telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Keris.

“Yang kami harapkan, pemerintah pusat bisa mengakomodir usulan ini karena komunitas dan paguyuban empu di Sumenep benar-benar menjaga kelestarian keris sebagai bagian dari seni dan budaya,” jelasnya.

Bupati Fauzi juga menekankan pentingnya regenerasi empu keris. Dalam kegiatan tersebut, ia membeli sebuah keris buatan pemuda berusia 20 tahun sebagai bentuk dukungan dan apresiasi terhadap karya generasi muda.

“Yang saya beli bukan karena pamornya, tapi karena itu karya pemuda. Ini bentuk penghargaan kita. Generasi muda harus terus didorong untuk terlibat dalam pelestarian keris,” ujarnya.

Langkah regenerasi ini tidak berhenti pada pembinaan empu muda. Pemerintah Kabupaten Sumenep juga mewajibkan keterlibatan anak-anak SD hingga SMA dalam setiap event budaya, termasuk jamasan keris. Tujuannya agar mereka mengenal sejarah, filosofi, hingga teknik pembuatan keris sejak dini.

“Kalau tidak diundang, mereka tidak akan tahu. Jadi edukasi ini harus jadi bagian dari setiap pelestarian budaya,” tegasnya.

Fauzi juga menyoroti pentingnya digitalisasi dalam pemasaran keris, yang sejak tiga tahun lalu sudah mulai diinisiasi. Namun ia mengakui ada kendala yang masih dihadapi, terutama karena banyak pembeli keris masih ingin melihat barang secara langsung, bukan dari foto.

“Kalau untuk souvenir bisa dibeli online. Tapi untuk keris pusaka, pembeli ingin lihat langsung bentuk, pakem, dapur, bahkan pamornya. Ini tantangan kita dalam dunia digital,” katanya.

Meski begitu, ia tetap optimis dengan strategi kombinasi antara pelestarian budaya secara langsung dan perluasan akses melalui platform digital. “Yang terpenting, budaya kita tetap hidup, dikenal luas, dan diteruskan oleh generasi berikutnya,” pungkas Bupati Fauzi.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *