Berita

Warga Kapedi Sumenep Sambut Ramadan dengan Tradisi Nyalase

776
×

Warga Kapedi Sumenep Sambut Ramadan dengan Tradisi Nyalase

Sebarkan artikel ini
20240310 105012 0000
Tradisi Nyalese yang dilaksanakan oleh warga Kapedi, Sumenep untuk menyambut bulan suci Ramadan (Foto: Istimewa)

LOCUSJATIM.COM, SUMENEP– Ada berbagai kegiatan yang dilakulan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan, termasuk Tradisi Nyalese yang dilaksanakan oleh warga Kapedi, Sumenep.

Dipelopori oleh Keluarga Besar PP. Raudlatul Ulum dab didukung oleh para Alumni dan Warga RT 003 Dusun Biyan, kegiatan tahunan itu berlangsung mulai pukul 08.00 hingga sore hari pukul 15.00.

Untuk mengawali tradisi ala masyarakat Nahdliyin itu, warga Kapedi melakukan Khotmil Qur’an di kompleks pemakaman umum Desa Kapedi, khususnya di Kampung Biyan RT 003.

Setelah khotmil qur’an selesai, masyarakat melanjutkan kegiatan menyambut Ramadan itu dengan pembacaan Tawassul Majemuk, Yaasin, Tahlil, dan Do’a yang merupakan bagian inti dari perayaan tradisi Nyalese.

Selain berdoa, tradisi tersebut juga merupakan bagain dari wujud syukur masyarakat setempat atas nikmat sehat dan sebagai wadah untuk terus menyambungkan emosional.

Sementara, masyarakat Desa Kapedi menjadikan tradisi nyalese sebagai sarana untuk mengirim do’a kepada keluarga yang telah meninggal dunia.

Ketua RT 003 Dusun Biyan, Encung Hariyadi, mengaku bersyukur karena keluarga besar PP Raudlatul Ulum berkenan ikut serta menjaga tradisi tersebut.

“Alhamdulillah, Keluarga Besar Raudlatul Ulum menjadi bagian yang menguatkan tradisi baik di kalangan masyarakat ini. Terlebih anak-anak sekarang perlu diajarkan dan diajak untuk menjaga keberlanjutan tradisi ini, agar suatu hari nanti tidak akan pernah lagi melupakan atau bahkan sekadar mengirim do’a kepada keluarganya yang telah meninggal dunia,” ungkapnya.

Ia menyebut ada lebih dari 30 orang yang datang secara bergantian untuk memeriahkan kegiatan tetsebut.

“Khotmil Qur’an dihadiri secara bergantian oleh lebih dari 30 orang, menciptakan suasana kebersamaan dan keikhlasan dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan. Tradisi ini menjadi warisan berharga yang perlu dijaga agar tetap abadi dalam kalangan masyarakat Nahdliyin,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *