locusjatim.com– Kalau kamu sudah nonton series Malaysia Bidaah, pasti nama “Walid” langsung bikin darah naik ke ubun-ubun. Bukan karena dia jahat semata, tapi karena karakternya terlalu meyakinkan sebagai pemimpin sekte yang manipulatif, licik, dan kadang bikin merinding.
Walid Muhammad, diperankan dengan sangat apik oleh Faizal Hussein, bukan tokoh antagonis biasa. Dia adalah sosok yang berpakaian alim, tutur katanya lembut, tapi bisa memelintir logika agama untuk kepentingannya sendiri.
Dalam satu adegan, dia bisa terlihat bijak dan karismatik, tapi di adegan berikutnya, dia menjelma jadi sosok predator psikologis yang bikin penonton geregetan setengah mati.
“Pejamkan mata… bayangkan muka Walid.”
Kalimat ini bukan cuma tagline, tapi jadi simbol betapa gelap dan manipulatifnya kekuasaan yang dibungkus dengan agama.
Yang membuat Walid begitu mengguncang bukan hanya karena ajarannya menyimpang. Ia secara terang-terangan mengaku sebagai Imam Mahdi, tokoh eskatologis dalam Islam yang dipercaya akan muncul menjelang kiamat.
Klaim ini dijadikan landasan kekuasaannya dalam sekte, memaksa para pengikutnya untuk patuh tanpa berpikir panjang. Mereka tunduk bukan karena cinta pada kebenaran, tapi karena takut dan terhipnotis oleh aura “kesucian” sang Walid.
Penonton diajak masuk ke dalam dunia Jihad Ummah, sekte yang dia pimpin, dan ikut merasakan bagaimana Walid perlahan mencuci otak para pengikutnya. Dia mendikte cara berpikir, mengontrol hidup mereka bahkan menentukan siapa yang pantas dicintai—semua atas nama ‘jalan yang benar’.
Yang bikin greget? Kadang penonton dibuat ragu, apakah Walid benar-benar percaya pada “misi sucinya”? Atau ini semua cuma topeng untuk menutupi ambisi dan kerakusannya?
Series ini sukses memainkan emosi: dari muak, marah, takut, penasaran sampai terkadang diam-diam penonton tak bisa tidak mengakui
Walid bukan sekadar karakter antagonis. Dia adalah cermin dari kekuasaan yang disalahgunakan, dari manusia yang menuhankan dirinya sendiri atas nama kebenaran. Dan justru karena itulah, dia bikin series Bidaah terasa sangat hidup dan menyebalkan dalam arti terbaik.