Entertainment

Selamat Tinggal, Novel Bacotan yang Ditulis Tere Liye untuk Melawan Pembajakan

130
×

Selamat Tinggal, Novel Bacotan yang Ditulis Tere Liye untuk Melawan Pembajakan

Sebarkan artikel ini
IMG 20230906 142317
Novel Selamat Tinggal karya Tere Liye (Foto: Rezki)

Locusjatim.com – Tere Liye salah seorang penulis yang vokal terhadap budaya pembajakan di Indonesia telah menerbitkan sebuah novel berjudul Selamat Tinggal yang isinya tentang penjual buku bajakan, sebagai bentuk perlawanan.

Dilansir dari laman Instagram resmi Tere Liye @tereliyewriter, ia mengungkapkan bahwa buku Selamat Tinggal memang spesial ditulis untuk memerangi buku bajakan di Indonesia.

“Bakal seru menyaksikan respon pembaca saat buku ini beredar luas. Buku ini spesial sekali ditulis. Sangat-sangat spesial,” @tereliyewriter.

Di novel ini Tere Liye menghadrikan sosok Sintong Tinggal sebagai tokoh utamanya. Ia merupakan mahasiswa di salah satu universitas ternama di ibu kota.

Sintong tidak lahir di keluarga berada, oleh sebab itu, saat ia menjadi satu-satunya siswa yang diterima di perguruan tinggi dari sekolahnya, orang tua Sintong menitipkan dirinya kepada sang paman yang tinggal di sana.

Sang paman lantas membiayai semua kebutuhan kuliah Sintong, dari uang pangkal hingga kebutuhan sehari-hari.

Sebagai gantinya ia diminta untuk menjaga sebuah toko buku bernama ‘Berkah’ yang terletak di tempat strategis karena berdekatan dengan stasiun KRL serta kampus yang memiliki ribuan mahasiswa.

Namun, toko buku yang dijaga Sintong bukanlah toko buku keren seperti yang biasa ada di mall-mall yang menjual buku-buku original.

Sebailiknya, toko buku yang dijaganya menjual buku-buku bajakan yang ternyata masih jadi primadona dan ramai dikunjungi pembeli dari berbagai kalangan.

Lewat kisah Sintong si penjaga toko bajakan inilah Tere Liye mengajak pembacanya melihat lebih dalam realitas buku bajakan dan industri pembajakan di negeri ini.

Sekilas, buku ini terlihat seperti bacotan semata. Namun, setiap kata dan kalimat yang dipilih, hingga cara penulisan sangat menggambarkan kemarahan penulis.

Meski begitu, nilai-nilai di dalamnya tetap tersampaikan dengan apik.

Seperti nilai tentang pentingnya menanamkan pada diri sendiri dan orang-orang terdekat untuk menghargai sebuah buku dengan tidak membeli yang bajakan.

Ada pula, tentang kesadaran untuk berubah meninggalkan hal-hal gelap dalam diri, seperti kemalasan dan keacuhan pada sekitar.

Tentang usaha sungguh-sungguh demi sebuah cita-cita dan tujuan, hingga hal-hal sederhana tentang menghargai orang lain dan sopan santun.

Selain itu, nilai-nilai romansa juga hadir mempermanis cerita.

Tere Liye begitu piawai menyampaikan kekuatan cinta yang ternyata bisa mengubah seseorang, menjadikannya berani dan masih banyak lagi.

Di bagian penutup, penulis juga tetap mengkampanyekan anti buku bajakan sebagaimana tujuan awal iya menulis novel ini.

Ciri-ciri buku dan e-book bajakan serta imbauan agar masyarakat terutama kalangan pembaca buku untuk berhenti membeli buku bajakan ada yang tak hanya merugikan negara, tetapi juga industri perbukuan di Indonesia.
[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *