Berita

Pemkab Sumenep Gandeng Pelar Agung Gelar Haul Akbar dan Jamasan Keris

1169
×

Pemkab Sumenep Gandeng Pelar Agung Gelar Haul Akbar dan Jamasan Keris

Sebarkan artikel ini
Jamasan Keris
Jamasan Keris Sumenep (Foto: Istimewa)

LOCUSJATIM.COM, SUMENEP – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep menggandeng pelestari budaya “Pelar Agung” untuk menggelar Haul Akbar dan Jamasan Keris pada 15-16 Juli 2024 mendatang.

Secara makna, Jamasan Keris merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan, merawat, memandikan serta memelihara benda pusaka atau keris peninggalan para leluhur agar tetap terjaga dengan baik dan tidak mengalami kerusakan.

Nantinya kegiatan yang memang rutin dilakukan setiap bulan Suro itu, akan dimulai dengan Haul Akbar pada pukul 08.00 WIB yang dikhususkan untuk para leluhur yang mewarisi budaya keris di Sumenep.

Kemudian, setelahnya pada pukul 09.00 barulah prosesi Jamasan Keris dilakukan yang dimulai dengan Jamasan Pusaka leluhur Desa Aeng Tongtong dan Pusaka Keraton

Pada pukul 11.00 kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah tajin sora, yang memiliki arti pertemuan antara Raja dengan pelayannya. Lalu, pada pukul 13.00 akan ada lelang pusaka, yang bisa diikuti oleh masyarakat.

Sementara itu, keesokan harinya tanggal 16 Juli 2024 adalah acara puncak yang dibuka dengan Kirab Pusaka dari daerah pengerajin keris, Desa Aeng Tongtong menuju Keraton Sumenep.

Sesampainya di Keraton, arak-arakan tersebut nantinya akan disambut langsung oleh Bupati Sumenep Achmad Fauzi Wongsojudo beserta jajarannya.

Achmad Fauzi Wongsojudo menyebut, Jamasan merupakan warisan leluhur yang harus dijaga dan dirawat sesuai tradisi yang ada dan bukan sekedar seremonial tahunan belaka.

Menurutnya dengan hal tersebut merupakan bagian dari bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan kepada warga Desa Aengtongtong sebagai pengrajin keris.

“Dengan cara jamasan ini pendahulu kita merawat keris. Kita sebagai penerus wajib meneruskan itu,” ungkapnya.

Selain merawat tradisi, cara ini kata Fauzi juga merupakan wadah untuk mewariskan budaya kepada putra-putri daerah, sehingga seni pahat itu, bisa terus diwariskan dan dibanggakan.

“Bangga bukan berarti hanya merayakan, tapi bagaimana untuk bisa terlibat aktif dalam hal itu. Misalnya, ikut membuat keris sehingga menjadi empu atau pengrajin keris,” pungkasnya.

Diketahui bahwa, Desa Aeng Tongtong merupakan tempat pengrajin keris atau empu terbanyak di Indonesia yang telah diakui UNESCO. Hingga saat ini daerah tersebut tercatat memiliki 600 empu keris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *